Pernyataan Kontroversial Terorisme by Design, Gus Islah Minta Sekretaris PCNU Sumenep Tabayun

0 Komentar
Reporter : Panji Agira

Foto: Direktur Eksekutif Jaringan Moderat Indonesia (JMI) Jakarta, Gus Islah Bahrawi saat mengisi pengajian akbar bersama pengurus NU Gapura, Sumenep.

SUMENEP, (WARTA ZONE) – Pernyataan kontroversial Sekretaris PCNU Sumenep, Zainul Hasan tentang kemunculan radikalisme yang disebut by design seusai menghadiri Pelantikan PC ISNU di Pendapa Keraton mendapat respon dari berbagai pihak, Selasa 14 Maret 2023.

Direktur Eksekutif Jaringan Moderat Indonesia (JMI), Gus Islah Bahrawi menegaskan, kemunculan aliran radikal di Tanah Air termasuk di Sumenep tak satupun dirancang (by design) meski dihubung-hubungkan dengan iklim politik.

Hal itu ditunjukkan dengan kinerja Polri membentuk Densus 88 Anti Teror untuk memberangus aliran ekstrem yang akan merongrong kedaulatan NKRI.

“Maksudnya by design ini apa? Apakah ada yang merancang seolah-olah gerakan radikal yang ada di Sumenep ini sengaja ada yang melepas, kalau saya gak percaya,” ujar Gus Islah, dalam keterangan lisan yang diterima redaksi.

Pernyataan Sekretaris PCNU Sumenep, Zainul Hasan yang menyebut radikalisme by design harus diperjelas. Jika perlu, dia harus tabayun agar tidak menimbulkan sakwasangka kurang etis di kalangan masyarakat.

“Yang dimaksud dengan by design ini harus diperjelas, apakah sebenarnya ini tidak ada tapi dikatakan ada seolah-olah negara ini membuat hoaks nah ini saya gak setuju. Tapi kalau kemudian kelompok radikal ini bergerak entah di Pamekasan entah di Sumenep tapi digerakkan oleh kekuatan tertentu untuk ngacak-ngacak Madura, iya, saya setuju itu,” ujarnya.

Baca Juga:  Di Tangan Cak Fauzi, Fasilitas Kesehatan Sumenep Sandang Predikat Paripurna

“Tapi kalau dikatakan kelompok radikal di Sumenep ini gak ada, ini hanya dibesar-besarkan (barang yang tidak ada dikatakan ada) nah ini seolah-olah kita ini berbuat bohong, melakukan hoaks untuk menipu masyarakat. Nah ini saya gak setuju,” imbuh Gus Islah, menegaskan.

Menurutnya, jika keberadaan radikalisme di Sumenep dianggap sebagai by design, tidak mungkin Densus 88 menangkap gerombolan orang berpaham tersebut lalu menjebloskannya ke penjara hingga bertahun-tahun.

“Mohammad Asy’ari itu kalau gak salah dihukum 5 apa 6 setengah tahun. Nah ini kan orang kalau untuk dirancang lalu kemudian dihukum dipenjara mana mungkin mau dipenjara untuk sebuah design,” jelasnya.

“Ini saya gak tahu maksud dari Sekretaris PCNU itu by design apa, jadi harus diperjelas,” pintanya.

Sebelumnya, pernyataan mengejutkan disampaikan Sekretaris PCNU Sumenep, Zainul Hasan saat menghadiri pelantikan Pimpinan Cabang Ikatan Sarjana Nahdlatul Ulama (ISNU) Kabupaten Sumenep, masa khidmat 2022 – 2026, di Pendopo Keraton Sumenep, Senin (13 Maret 2023).

Zainul Hasan menyampaikan, munculnya gerakan-gerakan radikalisme di Sumenep sebenarnya ada yang sengaja mendesain (by design).

Ia bahkan menuding, gerakan radikalisme di Sumenep tidak ada. Adanya kabar berkembangnya paham radikal di Sumenep justru karena adanya pemberitaan yang tidak faktual.

Baca Juga:  Lewat JJS HSN 2023, Satpol PP Sumenep Ajak Masyarakat Perangi Peredaran Rokok Ilegal

“Sebenarnya kalau saya memandang radikalisme di Sumenep itu tidak sebagai apa ya, jadi kayak by desaign gitu saya melihat,” terangnya, diwawancara usai pelantikan Pengurus ISNU Cabang Sumenep di Pendopo Keraton, Senin (13 Maret 2023).

“Ya ada sih, tapi tidak seheboh yang diberitakan di media-media itu ya,” imbuhnya.

Bahkan Hasan tak ragu menuding, maraknya pemberitaan tentang masifnya gerakan radikalisme termasuk salah satu upaya dari orang yang berkepentingan menjelang Pemilu 2024 mendatang.

“Jadi kadang kan begini, untuk menutupi hal-hal yang besar itu kan begitu. Bisa saja orang-orang kan punya kepentingan, sekarang kan tahun politik,” tutur pria kelahiran Desa Talaga, Kecamatan Nonggunong, Pulau Sepudi itu.

Menurutnya, menjelang tahun politik, lumrah terjadi gerakan-gerakan samar dengan membawa isu-isu tertentu yang diolah sedemikian rupa untuk mendukung kepentingan individu maupun kelompok tertentu.

Faktor lain yang menyebabkan munculnya kelompok-kelompok radikal menurut Hasan adalah karena kurangnya penguatan paham keNUan di setiap tingkat kepengurusan NU, mulai ranting hingga ke pusat.

Baca Juga:  Jelang Pemilu, Ketua Bawaslu Jatim Ajak Warga NU Teladani Mbah Hasyim

Ditanya apakah selama ini PCNU Sumenep sudah melakukan pendataan terhadap dugaan adanya titik-titik berkembangnya radikalisme di Sumenep?.

Hasan mengatakan ada tetapi hanya untuk kepentingan internal atau tidak untuk disampaikan ke publik.

“Ya, sebagai gambaran aja sih, untuk kepentingan internal kami punya, tetapi ini kan tidak untuk dipublikasikan,” katanya.

Lanjut Hasan, untuk menekan penyebarluasan paham radikalisme di tingkat wilayah tertentu, PCNU Sumenep telah mendorong serta menggerakkan struktur keNUan hingga di tingkat desa.

“Jadi selama ini yang kita lakukan adalah mendorong struktur NU setempat untuk menggerakkan organisasi-organisasinya melakukan apa yang dapat menangkal radikalisme itu,” terangnya.

“Misalnya ranting-ranting NU setempat, MWC NU setempat, termasuk lembaga-lembaga dan badan otonom di lingkungan NU setempat. Itu yang kita kerahkan secara umum,” imbuhnya.

Pendekatan yang ditempuh PCNU untuk menekan paham radikal adalah dengan pendekatan informal atau komunikasi perorangan.

Diakui, sejauh ini pihaknya belum pernah mengadakan komunikasi formal seperti menggelar dialog keagamaan dengan mereka yang diduga terpapar radikalisme.

“Kalau komunikasi formal kita belum, tetapi kalau informal itu intens kita lakukan, tapi secara personal ya, perorangan,” katanya. (*) 

Tulisan ini berasal dari redaksi

Comment