Waspada Lahar Semeru, Warga di Larang Masuk Zona Merah 17 KM dari Puncak

0 Komentar
Reporter : Efendi Moerdiono
Waspada Lahar Semeru, Warga di Larang Masuk Zona Merah 17 KM dari Puncak

Foto: Lahar dingin Gunung Semeru dengan status siaga lll masih berpeluang kembali terjadi.

LUMAJANG, (WARTA ZONE) – Lahar dingin Gunung Semeru di Kabupaten Lumajang, Jawa Timur, Selasa (18/10/2022) dengan amplitudo 20 milimeter durasi 2700 detik tetap diwaspadai mengancam keselamatan jiwa pada radius bahaya bagi yang memaksakan di zona merah Semeru.

Petugas Pos Pengamatan Gunungapi Gunung Semeru di Gunung Semeru Kecamatan Candipuro Mukdas Sofian menjelaskan, adanya lahar dingin disertai adanya beberapa kegiatan aktivitas Semeru kegempaan letusan guguran, tremor harmonik dan vulkanik dalam.

“Kegempaan, letusan 16 kali, amplitudo 10-21 milimeter, durasi 45-110 detik. Guguran 2 kali, amplitudo 5-9 milimeter, durasi 50-55 detik. Tremor Harmonik 3 kali, amplitudo 6-18 milimeter, durasi 55-120 detik dan Vulkanik Dalam 4 kali, amplitudo 7-20 milimeter, S-P : 1-1.5 detik, Durasi : 12-18 detik,” kata Sofian merujuk hasil pemantauan kurun 6 jam terakhir. Selasa (18/10/2022).

Baca Juga:  Golkar Jawa Timur Bantu Pengungsi Erupsi Semeru

Sofian menjelaskan, gunung tertinggi di Jawa ini dengan pengamatan meteorologi, visual yang kerap tertutup kabut potensi hujan di sekitar puncak masih tinggi, terjadinya lahar dingin gunung berketinggian 3.676 mpdl sewaktu-waktu terjadi kembali dan kewaspadaan itu agar tercatat di setiap pikiran masyarakat.

“Meteorologi cuaca mendung dan hujan. Angin bertiup sedang ke arah selatan. Suhu udara 22-23 °C. Visual Gunung kabut, 0-III. Asap kawah tidak teramati, hujan terjadi 1 kali gerimis dan gunung dominan tertutup kabut,” ucap Sofian.

Status Semeru siaga lll, pinta Sofian masyarakat agar mentaati rambu serta imbauan dari petugas karena pada radius 13 Km dari puncak erupsi yang terjadi 04 Desember 2021 lalu masih pada zona bahaya.

Baca Juga:  Wisata Alam Ranu Kumbolo, Surga Dunia yang Tersebembunyi di Balik Semeru

“Tidak melakukan aktivitas apapun di sektor tenggara di sepanjang Besuk Kobokan, sejauh 13 km dari puncak (pusat erupsi). Di luar jarak tersebut, masyarakat tidak melakukan aktivitas pada jarak 500 meter dari tepi sungai (sempadan sungai) di sepanjang Besuk Kobokan karena berpotensi terlanda perluasan awan panas dan aliran lahar hingga jarak 17 km dari puncak. Tidak beraktivitas dalam radius 5 Km dari kawah/puncak Gunung Api Semeru karena rawan terhadap bahaya lontaran batu (pijar),” imbau Sofian kepada masyarakat.

Baca Juga:  Prihatin Kondisi Erupsi Gunung Semeru, Bupati Hendy: Pemkab Jember Akan Terus Membantu

Petugas gabungan terus melakukan pemantauan kata Sofian, adanya potensi bahaya Semeru seperti awan panas guguran, guguran lava, lahar maupun banjir.

“Mewaspadai potensi awan panas guguran (APG), guguran lava, dan lahar di sepanjang aliran sungai/lembah yang berhulu di puncak Gunung Api Semeru, terutama sepanjang Besuk Kobokan, Besuk Bang, Besuk Kembar, dan Besuk Sat serta potensi lahar pada sungai-sungai kecil yang merupakan anak sungai dari Besuk Kobokan,” pungkasnya. (*)

Tulisan ini berasal dari redaksi

Comment