JMSI Jatim Tekankan Etika Jurnalisme di Era AI, Syaiful Anam Kembali Nahkodai Periode 2025–2030

0 Komentar
Reporter : Panji Agira
FOTO: Musyawarah Daerah (Musda) JMSI Jatim di Crown Prince Hotel Surabaya, dirangkai dengan Focus Group Discussion (FGD) bertema “AI dan Masa Depan Kebenaran: Tantangan Baru Jurnalisme Modern”, Kamis (27/11/2025).

FOTO: Musyawarah Daerah (Musda) JMSI Jatim di Crown Prince Hotel Surabaya, dirangkai dengan Focus Group Discussion (FGD) bertema “AI dan Masa Depan Kebenaran: Tantangan Baru Jurnalisme Modern”, Kamis (27/11/2025).

SURABAYA, (WARTA ZONE) – Di tengah derasnya perkembangan teknologi kecerdasan buatan (AI) yang memengaruhi lanskap media, Jaringan Media Siber Indonesia (JMSI) Jawa Timur menegaskan kembali pentingnya etika dan integritas dalam kerja-kerja jurnalistik. Pesan itu mengemuka dalam Focus Group Discussion (FGD) bertema “AI dan Masa Depan Kebenaran: Tantangan Baru Jurnalisme Modern” yang dirangkaikan dengan Musyawarah Daerah (Musda) JMSI Jatim di Crown Prince Hotel Surabaya, Kamis (27/11/2025).

Kegiatan yang dihadiri pengurus dan anggota JMSI se-Jawa Timur itu dibuka oleh Kepala Dinas Kominfo Jatim, Sherlita Ratna Dewi Agustin. Dalam sambutannya, ia menegaskan bahwa pemanfaatan AI harus tetap berada dalam kendali manusia, terutama dalam kerja jurnalistik yang berorientasi pada kebenaran.

“Teknologi kecerdasan buatan seharusnya menjadi alat bantu untuk meningkatkan kualitas pemberitaan, bukan menggantikan proses jurnalistik itu sendiri. Akurasi, verifikasi, serta penghormatan terhadap hak cipta dan privasi harus tetap dijunjung tinggi,” ujar Sherlita.

Pakar komunikasi dari Universitas 17 Agustus 1945 Surabaya, Ir. Wahyu Kuncoro, M.Si, juga menyoroti perubahan ekosistem informasi yang terjadi secara cepat. Menurutnya, peralihan publik dari media konvensional ke media sosial dan kini ke teknologi AI menimbulkan tantangan tersendiri, termasuk meningkatnya potensi penyalahgunaan teknologi.

“Kita seperti tidak siap dengan percepatan ini. Termasuk munculnya kejahatan digital dan penggunaan AI yang tak sesuai peruntukan,” kata Wahyu.

Termasuk mengolah informasi melalui AI. Bahwa AI (Artificial Intelligence) atau Kecerdasan Buatan, pola kerjanya menyerap data dalam jumlah besar (big data). Kemudian, menganalisis data tersebut untuk menemukan korelasi.

Turut memberikan pemaparan, DR. Eko Pamuji, M.Si, dosen UNESA yang juga Wakil Ketua Umum JMSI Pusat dan Ketua PWI Jatim, Lutfil Hakim.

Lutfil Hakim maupun Eko Pamuji sepakat bahwa penggunaan AI secara mutlak tetap menyalahi kerja jurnalistik. “Ada data, apalagi beritanya orang lain yang kemudian dimasukkan AI agar diolah menjadi baru dan berbeda. Wah dosa rasanya,” ujar Lutfil Hakim.

Bahkan menurut Eko Pamuji media yang hanya diisi kiriman berita rilis, tidak sesuai kerja jurnalistik. “Bahwa wartawan tugasnya mencari, mengumpulkan, mengolah dan mempublish berita,” ungkapnya.

Program Kaderisasi Musda merupakan agenda lima tahunan kepengurusan untuk melaporkan kinerja sekaligus pemilihan ketua dan pengurus baru. Musda yang dipimpin Machmud Suhermono, secara aklamasi para peserta memilih Syaiful Anam untuk kembali memimpin JMSI Jatim periode 2025-2030.

Dalam sambutannya, Cak Anam menyampaikan apresiasi atas kepercayaan yang diberikan. “Jika saya melakukan yang baik, maka dukunglah. Jika salah, mohon diingatkan. Itulah esensi organisasi yang sehat,” ujarnya.

Ia menegaskan fokus programnya ke depan mencakup peningkatan mutu perusahaan media anggota, baik dari sisi tata kelola maupun konten jurnalistik, serta penguatan kaderisasi.

“Lima tahun adalah masa yang cukup untuk sebuah periode kepemimpinan. Regenerasi penting dilakukan agar organisasi tetap segar dan semua kader merasakan proses pembelajaran,” ucapnya.

Cak Anam menegaskan bahwa kaderisasi bukan hanya pergantian pemimpin, melainkan juga peningkatan kualitas anggota serta rekrutmen anggota baru.

“Anggota yang baik harus dijaga, sementara yang masih kurang harus dibantu untuk memperbaiki diri,” pungkasnya. (*)

Tulisan ini berasal dari redaksi

Comment