SUMENEP, (WARTA ZONE) – Siapa yang tidak memiliki mimpi menaklukkan gunung yang menjulang tinggi ke angkasa. Apalagi sampai berhasil menapakkan langkah ke Gunung Everest, gunung tertinggi di dunia yang rabung puncaknya menandakan perbatasan antara Nepal dan Tibet.
Bagi seorang pendaki dan pecinta alam, keberhasilan itu menjadi capaian luar biasa sekaligus pengalaman berharga dalam hidupnya.
Karena secara geografis, letak Gunung Everest terletak di Pegunungan Himalaya yang berada di perbatasan antara Nepal dan Cina dengan ketinggian 8.848 meter di atas permukaan laut (mdpl).
Menjadi gunung tertinggi di dunia, banyak pengalaman akan pesona dan keindahan lainnya tentang Everest yang dielu-elukan para pendaki dari berbagai belahan dunia.
Salah satu penakluk Gunung Everest atau yang dikenal dengan nama Kepala Langit dalam bahasa Sagamartha adalah Januar Hermanto, warga asal Sumenep, Madura, Jawa Timur.
Januar membagikan pengalamannya akan kenikmatan atmosfer alam bebas di ketinggian Everest. Menurut ia, menghirup oksigen pegunungan akan melahirkan sensasi rasa yang berbeda, seakan ada aliran energi luar biasa merayap ke dalam tubuhnya.
Selain pesona alam, menurut Januar, Everest memiliki daya tarik tersendiri bagi pendaki di dunia. Dan di ketinggian puncak Everest, ia berhasil menunaikan niatnya mengibarkan bendera Said Abdullah Institut (SAI) berdampingan dengan sang saka merah putih.
“Dan saya selaku ketua SAI sejak lama ingin mengibarkan bendera merah putih bergandengan dengan bendera SAI di atap langit itu,” tutur Januar dari Nepal, melalui aplikasi perpesanan.
Ia sangat mensyukuri capaian besar itu karena berkat dukungan dari keluarganya. Terutama sang istri yang terus mensupport Januar.
“Alhamdulillah keluarga, terutama istri, sangat mendukung. Sejak itu saya secar disiplin mulai mempersiapkan mental dan fisik,” tambahnya.
Tidak mudah bagi seorang Januar untuk menapakkan kakinya di puncak Everest. Butuh persiapan dan kematangan fisik yang terus ia tempah sebelum akhirnya benar-benar memutuskan untuk menaklukkan gunung yang dikenal dengan sebutan Zhūmùlǎngmǎ Fēng dalam bahasa Tiongkok.
Untuk menjaga daya tahan tubuh, di bulan pertama ia memusatkan latihan fisik di Sumenep dengan cara jalan cepat ke Asta Tinggi, hingga menerobos hutan kecil yang tembus ke Batuan.
Tak cukup di sana, untuk mendapatkan daya tahan tubuh yang ekstra ia lanjutkan dengan melintasi hutan kecil di Matanair dan Kasengan.
Selain di jalur itu, Januar juga rutin latihan fisik dengan menempuh perjalanan di Lingkar Utara. Setidaknya selama pemusatan latihan fisik ia berhasil menempuh perjalanan kurang lebih 14 kilometer.
Barulah pada bulan berikutnya Januar Hermanto memulai pendakian di Malang.
“Kemudian pada bulan kedua, ketiga dan keempat, tiap minggu saya naik gunung di sekitar Malang,” tegasnya menambahkan.
Adapun persiapan lain, seperti menukar mata uang rupiah dengan dolar dan ringgit untuk alat transaksi di perjalanan dilakukan pada tanggal 8 Maret. Barulah keesokan harinya ia terbang ke Jakarta, sebelum menuju Nepal di hari itu juga.
“Saya bersama dua orang, satu pendaki dari Semarang, dan satunya pagi pendaki dari Jakarta,” ungkapnya.
Setibanya di Nepal, tepatnya di Luklak, ia menghabiskan waktu selama 12 hari berjalan kaki antara 8 sampai 10 jam untuk sampai ke tempat tujuan di Everest Base Camp.
“Setelah melalui perjalan panjang dan berharga itu, akhirnya saya sampai di Everest Base Camp. Alhamdulillah, Allah telah memberi kekuatan dan kesehatan pada saya hingga bisa menginjakkan kaki di Everest Base Camp. Tentu ini pencapaian yang sangat berat dilalui,” ungkap dia.
Ada banyak pengalaman berharga yang ia petik selama perjalanan. Termasuk segala macam tantangan dan meyakinkan diri untuk mengantarkan ke gerbang keberhasilan sebagai penakluk Everest terus ia tanamkan.
“Karena cara berpikir sangat menentukan langkah kita. Di umur 53 tahun punya keinginan ke Everest tentu banyak sekali yang meragukan, dan keraguan itu sangat rasional bagi pendaki amatir. Namun keraguan itu yang justru saya jadikan energi, dan saya nikmati energi baru itu layaknya fisika kuantum. Ibarat sebuah per; semakin ditekan, efek pantulannya akan semakin tinggi. Semakin berenergi,” jelasnya.
Atas keberhasilannya itu, ia menyampaikan terima kasih kepada seluruh pihak yang telah mendukung kegiatan out of the box itu. Terutama kepada politisi senior asal Sumenep, MH Said Abdullah.
Di kacamata Januar, politisi senior PDI Perjuangan itu adalah sosok yang selalu mengapresiasi hal-hal baru. Dan capaian itu merupakan International event kedua SAI setelah sebelumnya berhasil menjalin kerjasama dengan Kerajaan Kelantan pada ajang kegiatan International Catwalk Serama yang diselenggarakan pada 2-3 April 2011 silam.
“Tentu saya sangat bersyukur, ada Bapak Said Abdullah yang selalu men-support kegiatan-kegiatan yang out of the box ini. Pendakian ke Mount Everest menjadi International Event kedua SAI, setelah 2 sampai 3 April 2011 silam. Kala itu SAI bekerja sama dengan kerajaan Kelantan dalam kegiatan ‘International Catwalk Serama’,” pungkasnya. (*)
Comment