BONDOWOSO, (WARTA ZONE) – Kabupaten Bondowoso menjadi salah satu kota yang pernah dilalui kereta api.
Namun telah belasan tahun kereta api tidak lagi beroperasi atau melewati jalur yang berada di Bondowoso. Karena telah cukup lama tidak digunakan, barang tentu aset dan fasilitas tersebut rusak tanpa perawatan dan hilang.
Balai Teknik Perkeretaapian Kelas I Surabaya yang berkolaborasi dengan Indonesian Railway Preservation Society (IRPS) untuk menjaga kelestarian benda bersejarah itu.
Mereka melaksanakan kegiatan preservasi atau pelestarian aset bersejarah perkeretaapian berupa pemindahan alat peraga sinyal tebeng tipe krian.
Fokus pertama yang berada di RT 13 RW 05, Dusun Sumpelan Utara, Desa Lumutan, Kecamatan Prajekan, Kabupaten Bondowoso.
Preservasi ini berupa pemindahan dengan pengangkatan alat peraga sinyal tersebut menuju ke Stasiun Krian, Kabupaten Sidoarjo.
Pelaksanaan proses preservasi ini dilakukan secara bertahap pada Minggu (13/8) hingga Senin (14/8) dengan dibantu warga sekitar titik lokasi alat peraga sinyal tersebut.
Alat peraga sinyal krian yang ada di lokasi ini dipilih karena kondisinya masih baik, serta lebih terjangkau alat pengangkut untuk mobilisasi.
Humas Balai Teknik Perkeretaapian Kelas I Surabaya Alfaviega Septian Pravangasta menyebut bahwa pelestarian aset bersejarah perkeretaapian ini dilakukan untuk menjaga agar benda ini dapat terus terpelihara dengan baik.
“Preservasi ini, sekaligus edukasi kepada masyarakat terkait persinyalan dalam dunia kereta api di Indonesia,” sebutnya.
Bahwa sejak era Hindia Belanda pernah menggunakan sistem itu. Selain itu untuk menjaga agar alat peraga sinyal krian ini tidak rusak termakan usia jika dibiarkan begitu saja.
Proses preservasi dimulai dengan menggali pondasi sekitar alat peraga sinyal krian untuk melepas pondasinya.
Setelah itu, dilakukan pengangkutan menggunakan truk pada Senin (14/8) menuju Stasiun Krian, Kabupaten Sidoarjo.
Pihaknya sengaja menurunkan di Stasiun Krian karena di stasiun inilah awal alat peraga sinyal tebeng tipe krian dioperasionalkan pada era Staatsspoorwegen di tahun 1898.
Diharapkan langkah itu bisa menjadi sarana edukasi sekaligus tetenger atau landmark Stasiun Krian yang baru.
Karena kata Alfaviega, bersamaan pula dengan pembangunan Jalur Ganda Sepanjang – Mojokerto (JGSM).
Sinyal tebeng tipe krian adalah persinyalan modern pertama yang pernah dipergunakan di Hindia Belanda di masa perkeretaapian awal di Indonesia.
“Saat ini, hanya tersedia 6 buah alat peraga sinyal tebeng tipe Krian di Indonesia, dengan 5 di antaranya berada di sepanjang jalur nonaktif Kalisat-Panarukan,” terangnya.
Kelima alat peraga sinyal tebeng tipe krian tersebut berlokasi di Stasiun Nonaktif Panarukan, Stasiun Nonaktif Bonosare, Stasiun Nonaktif Prajekan, dan Stasiun Nonaktif Tamanan.
Untuk alat peraga sinyal tebeng tipe krian yang ada di Stasiun Nonaktif Tamanan juga telah dipreservasi pada tahun lalu.
Preservasi tersebut berupa perbaikan tampilan eksterior dan pengecatan, serta pemasangan prasasti.
Balai Teknik Perkeretaapian Kelas I Surabaya (BTP Surabaya) adalah unit kerja di bawah Direktorat Jenderal Perkeretaapian (DJKA) Kementerian Perhubungan.
Mereka bertugas mengatur, penyelenggaraan, dan mengawasi kegiatan perkeretaapian, termasuk melaksanakan program pengembangan perkeretaapian di wilayah Jawa Timur dan wilayah Indonesia Bagian Timur lainnya. (*)
Comment