Bentuk Penghormatan untuk Korban Pesawat Sriwijaya Air SJ 182, Warga Jember Gelar Salat Gaib

0 Komentar
Reporter : Nur Imatus Safitri
Foto: Jamaah masjid Roudhotul Muchlisin Lingkungan Condro, Kelurahan Kaliwates, Kecamatan Kaliwates, Jember, saat menggelar salat gaib untuk korban pesawat Sriwijaya Air SJ182.

Foto: Jamaah masjid Roudhotul Muchlisin Lingkungan Condro, Kelurahan Kaliwates, Kecamatan Kaliwates, Jember, saat menggelar salat gaib untuk korban pesawat Sriwijaya Air SJ182.

JEMBER, (WARTA ZONE) — Sebagai bentuk empati warga Jember menggelar salat gaib untuk korban pesawat Sriwijaya Air SJ 182, bertempat di masjid Roudhotul Muchlisin Lingkungan Condro, Kelurahan Kaliwates, Kecamatan Kaliwates. Senin (11/1/2021).

Sebagai bentuk keprihatinan atas jatuhnya korban dalam musibah kecelakaan pesawat Sriwijaya Air SJ 182 Jurusan Jakarta – Pontianak. Sabtu (9/1/2021).

“Setelah melaksanakan salah dzuhur, Kami menggelar salat gaib, sebagai bentuk keprihatinan dan ikut mendoakan para korban pesawat jatuh Sriwijaya Air itu,” kata Imam Masjid KH. Musodik Fikri Farouq, saat dikonfirmasi wartawan setelah melaksanakan salat gaib.

Kata kiai Fikri, untuk para keluarga korban semoga diberikan ketabahan dan kesabaran dengan adanya kejadian pesawat jatuh ini, semuanya sudah takdir dari Allah SWT. Sebagai kewaspadaan juga terhadap manusia, bahwasanya rejeki, hidup, dan mati, Allah yang mengatur. Dengan adanya hal ini kematian kapanpun, dimanapun, dan bagaimanapun bisa terjadi.

“Hukum salat ini Sunnah Fardu Kifayah, dan adanya kejadian jatuhnya pesawat ini, mengingatkan kita bahwa kematian itu tidak terkait akan apapun,” sebutnya.

Sebuah pelajaran terkait dengan kematian hanya menunggu waktu saja. Dan tidak bisa dipungkiri juga, kematian tidaklah memandang dari segi umur juga. Dengan adanya pandemi sebagai salah satu kaitannya dengan Covid-19.

“Saat masa pandemi Covid-19 harus melakukan adanya test swab, dan hasilnya pun harus negatif, jadi mereka bisa melakukan perjalanan. Akan tetapi jika Allah berkehendak lain. Saat terbebas dari corona, kalau Allah menyuruh kita pulang maka kita akan kembali kepada-NYA pula,” lanjutnya.

Dengan melaksanakan salat gaib ini, sebagai tanda saling mengingatkan, kematian bisa kapanpun terjadi dan tidak harus menunggu hari tua.

“Tidak melihat apa penyebab kematiannya, tapi kita sebagai manusia tidak bisa terlepas dari Malaikat Izrail yang tugasnya mencabut nyawa. Saat waktunya diambil (meninggal), kita harus siap entah itu dalam kondisi apapun, dan juga amal ibadah kita yang nantinya akan menjadi bekal di akhirat,” imbuhnya. (*)

Tulisan ini berasal dari redaksi

Comment