Puisi Gus Mus yang Banyak Digandrungi Pembaca

0 Komentar
Reporter : Helmy
Puisi Gus Mus yang Banyak Digandrungi Pembaca

Ilustrasi: Gus Mus/sejarahri.com

WARTA ZONE – Siapa yang tidak tahu KH. Ahmad Mustofa Bisri atau yang akrab disapa Gus Mus. Berbagai karyanya telah banyak menghipnotis para pembaca.

Selain aktif berdakwah, sosok penyair serta Pengasuh Pesantren Raudlatut Thalibin, Leteh, Rembang, Jawa Tengah itu juga bergiat ditulisan sastra.

Puisi-puisinya banyak digandrungi para pembaca. Ia memiliki kepekaan, seakan-akan apapun yang ada disekitarnya menjadi sumber imajinasi penyuplai nutrisi kekayaan kata dan kedalaman makna ketika ia menulis puisi.

Berikut puisi Gus Mus yang banyak dibaca.
Dengan Apa Hendak Kueja Zaman?

Dengan apa hendak kueja zaman?
kemarau dan hujan
tak lagi datang
pada musimnya
sungai-sungai mengudik
membuat bingung laut dan gunung
jalan-jalan semakin panjang
dan bercabang
tak lagi mengantar musafir
ke tujuan
Dengan apa hendak kueja zaman?
seharian matahari disimpan
dalam lemari es para tuan
semalaman bulan dan bintang
disekap para preman
Dengan apa hendak kueja zaman?
setiap hari orang melahirkan
dan mengubur fakta
makna-makna semakin bingung
hendak hinggap di kata-kata mana?
kata-kata tak lagi tahu
membawa makna apa?
Dengan apa hendak kueja zaman?
khalifah hutan membabati hutan
khalifah pantai mengotori pantai
khalifah laut menguras laut
khalifah gunung meledakkan gunung
khalifah kehidupan membantai kehidupan
khalifah yang hamba lupa dirinya
ditinggal jiwanya
Dengan apa hendak kueja zaman?

1416

Aku Merindukanmu O, Muhammadku

Aku merindukanmu o, Muhammadku
Sepanjang jalan kulihat wajah-wajah yang kalah
Menatap mataku yang tak berdaya
Sementara tangan-tangan perkasa
Terus mempermainkan kelemahan
Airmataku pun mengalir mengikuti panjang jalan
Mencari-cari tangan
Lembut-wibawamu

Dari dada-dada tipis papan
Terus kudengar suara serutan
Derita mengiris berkepanjangan
Dan kepongahan tingkah-meningkah
Telingaku pun kutelengkan
Berharap sesekali mendengar
Merdu-menghibur suaramu

Aku merindukanmu o, Muhammadku

Ribuan tangan gurita keserakahan
Menjulur-julur kesana kemari
Mencari mangsa memakan kurban
Melilit bumi meretas harapan
Aku pun dengan sisa-sisa suaraku
Mencoba memanggil-manggilmu
O, Muhammadku, o Muhammadku!

Di mana-mana sesama saudara
Saling cakar berebut benar
Sambil terus berbuat kesalahan
Quran dan sabdamu hanyalah kendaraan
Masing-masing mereka yang berkepentingan
Aku pun meninggalkan mereka
Mencoba mencarimu dalam sepi rinduku

Aku merindukanmu o, Muhammadku

Sekian banyak Abu Jahal Abu Lahab
Menitis ke sekian banyak umatmu
O, Muhammadku—salawat dan salam bagimu—
Bagaimana melawan gelombang kebodohan
Dan kecongkakan yang telah tergayakan
Bagaimana memerangi
Umat sendiri? O, Muhammadku

Aku merindukanmu o, Muhammadku
Aku sungguh merindukanmu.

1416. (*)

Tulisan ini berasal dari redaksi

Comment