Semarak HUT Kemerdekaan RI, SD Swasta di Jember Tanamkan Toleransi Keberagaman Agama

0 Komentar
Reporter : Nur Imatus Safitri

Caption: Kegiatan jalan sehat menyemarakkan HUT kemerdekaan RI ke-78 SDS Shinta Jember, Sabtu (12/8/2023).

JEMBER, (WARTA ZONE) – Seluruh siswa-siswi Taman Kanak-kanak (TK) dan Sekolah Dasar (SD) Swasta Shinta Jember, merayakan semarak HUT RI ke-78 dengan mengikuti Jalan Sehat.

Diketahui, sekolah tersebut merupakan salah satu SD yang menerapkan nilai Pancasila dan semangat toleransi antar siswa-siswinya.

SDS Shinta yang beralamatkan di Jalan KH. Siddiq No 113 Kelurahan Jember Kidul, Kecamatan Kaliwates, Jember itu, menekankan siswanya untuk memahami keberagaman agama.

Kepala Sekolah SDS Shinta, Vivi Setiya Dewi menyampaikan, dengan menanamkan semangat toleransi, diharapkan para siswa-siswi di sekolahnya tertanam nilai-nilai Pancasila.

“Karena untuk sekolah kita sendiri SDS Shinta, dasarnya Pancasila. Jadi di sini kita kembangkan dari berbagai agama yang ada di Indonesia. Begitu juga seluruh siswa kita, dari segala suku ada di sini, jadi selalu kita kembangkan. Tidak hanya mendidik secara akademik, tapi mendidik agar punya moral baik. Soal kesopanan dan perilaku yang baik. Bagaimana bisa menanamkan kemandirian dan akhlak serta moral yang baik,” ucap wanita yang akrab disapa Vivi saat dikonfirmasi di ruangannya, Sabtu (12/8/2023).

Baca Juga:  Gempa 4,0 Guncang Wilayah Laut Selatan Jember

Apalagi, lanjut Vivi, selain menanamkan semangat toleransi, akhlak dan moral yang baik. Seluruh siswa-siswi yang memiliki perbedaan agama, selalu diajarkan dan dibiasakan mengucapkan salam beragam agama.

“Salam dari lima agama di Indonesia, selalu kami biasakan kepada murid kami. Contohnya Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh, Selamat pagi, Salam sejahtera bagi kita semua, Syalom, Oom Swastiastu, Wei De Dong Tian, Salam kebajikan. Ucapan salam itu selalu kami biasakan di sekolah kami ini,” ujarnya.

Diakui oleh Vivi, total siswa yang bersekolah di tempatnya saat ini hanya berjumlah 58 siswa, dari kelas 1-6 SD. Untuk TK ada 22 siswa.

“Tapi tidak menyurutkan semangat, untuk menanamkan semangat toleransi. Bahkan di sekolah kami, sebagian besar Muslim (Islam), dan juga Kristen Katolik, Hindu pun juga ada beberapa. Hanya Buddha yang tidak ada. Tapi dulu ada. Namun demikian, nilai-nilai Pancasila itu selalu kami tanamkan,” ungkapnya.

Baca Juga:  Berni Jember Gandeng Relawan Rengganis, Pesankan Kaki Palsu Untuk Korban Kecelakaan

Tidak hanya menanamkan nilai Pancasila lewat pengucapan salam dan dalam merayakan hari keagamaan. Di SDS Shinta, juga ada sejumlah ruangan khusus bagi tiap-tiap agama.

“Untuk ruangan itu kami ada, baik muslim tempatnya suci untuk mereka beribadah. Lalu ada agama Katolik, Kristen ada (juga) di kelas. Seluruhnya kita ada, bahkan Hindu dan Buddha juga dikembangkan. Serta ada gurunya masing-masing yang mengajar. Karena khusus yang pertama (ditanamkan) adalah nilai religinya,” paparnya.

Lebih jauh ia mengatakan, untuk momen HUT RI ke-78, saat ini SDS Shinta mengadakan lomba Jalan Sehat dan bazar UMKM tiap kelas.

“Selain itu ada berbagai lomba yang lain, seperti makan krupuk, lari bendera, lomba bakiak, tarik tambang, balap karung. Bahkan juga dimeriahkan oleh bapak ibu guru. Karena kita kan hidup di negara Indonesia dengan nilai Pancasila dan keberagaman suku dan budaya itu,” tandasnya.

Baca Juga:  Sebuah Rumah di Komplek Perumahan Mewah Jember Dibobol Pencuri

Terpisah, perwakilan salah satu wali murid Luh Mega Wulandari mengatakan. Pihaknya senang dengan adanya penerapan nilai-nilai Pancasila yang diterapkan di SDS Shinta.

“Anak saya kan berbeda agama, dia Hindu. Tapi meskipun berbeda, kalau di SDS Shinta tidak dikucilkan, tapi diarahkan (memahami tentang toleransi). Jadi perbedaan agama itu, dipahami sebagai bentuk saling menghargai,” ucap Dewi.

Menurutnya SDS Shinta, menerapkan bentuk toleransi dan memahami keberagaman agama, kata Mega, diyakini memberikan kenyamanan.

“Jadi kita sebagai agama lain merasa lebih dihargai dan dihormati. Kami juga diakui, tidak ada perbedaan dan bahkan saat kegiatan agama berbeda, tidak jadi masalah,” ungkapnya. (*)

Tulisan ini berasal dari redaksi

Comment