JEMBER, (WARTA ZONE) – Remaja perempuan asal Jember Lailatul Fitriah warga Dusun Krajan Tengah, Desa Curah Lele, Kecamatan Balung, hidup dalam kemiskinan dan harus merawat, serta mengasuh adik-adiknya yang masih kecil.
Kondisi ini dialami gadis umur 17 tahun itu, setelah bapaknya Abdul Jalal meninggal dan sang ibu Lailatul Hasanah terpaksa harus merantau sebagai TKW ke Malaysia.
Fitri seorang diri mengasuh adik-adiknya, Ahmad Ali Murtadho (10), Fahira Dira Sumaila (3) dan Sahira Fazila Aurelia (3).
“Saya mengasuh adik-adik kurang lebih 4 bulanan, setelah ibu merantau jadi TKW. Ibu terpaksa merantau untuk menambah penghasilan dan mencari uang untuk perbaikan rumah,” kata Fitri saat dikonfirmasi di rumahnya, Kamis (5/1/2023).
Sebelum bapaknya meninggal dan ibunya merantau, shari-hari kedua orang tua Fitri bekerja sebagai buruh tani.
“Tahun 2021 kemarin bapak meninggal mendadak setelah Salat Subuh. Tiba-tiba jatuh dan meninggal. Katanya orang serangan jantung, karena memang bapak gak sakit. Bahkan sebelum meninggal hanya bilang ke saya, untuk menyiapkan makanan untuk sarapan,” ujar Fitri.
Setelah meninggalnya sang bapak, lanjut Fitri, hanya sang ibu yang menanggung biaya hidup keluarga.
Namun karena membutuhkan biaya hidup lebih, apalagi bangunan rumah berukuran kurang lebih 6×12 meter juga banyak kerusakan dan hampir ambruk atapnya. Dengan terpaksa sang ibu pun berangkat merantau ke Malaysia untuk bekerja sebagai TKW.
“Ibu berangkat sejak 3 bulan yang lalu. Tapi karena masih terikat kontrak, selama 6 bulan belum bisa mentransfer uang. Sebelum berangkat ibu hanya memberi saya uang Rp 1 juta, dan itu untuk memenuhi kebutuhan hidup saya dan adik-adik,” ungkapnya.
“Untuk rumah memang saat masih ada bapak sudah banyak yang rusak. Sekarang tidak ada bapak, hanya ibu. Tambah rusak. Makanya ibu terpaksa jadi TKW itu,” sambungnya.
Dalam mengasuh adik-adiknya, Fitri mengaku kesulitan. Bahkan Fitri juga mengatakan, pernah sampai dua bulan bolos sekolah.
“Saat itu terpaksa bolos, karena kasihan adik-adik tidak ada yang menjaga. Tapi alhamdulillah sekolah memahami kondisi saya, dan ada dispensasi dari sekolah,” kata siswi kelas 3 salah satu SMA Swasta di Jember ini.
“Saya masuk sekolah juga dapat kelonggaran waktu, setelah mengasuh adik-adik saya saya berangkat sekolah. Memang telat, tapi Alhamdulillah dapat dispensasi itu,” sambungnya. (*)
Comment