SUMENEP, (WARTA ZONE) — Usaha turun temurun, warisan nenek moyang bangsa Indonesia masih banyak dilestarikan hingga sekarang. Salah satu diantaranya adalah usaha batik tulis.
Batik berasal dari kata amba dan tik yang merupakan bahasa jawa, artinya adalah menulis titik. Kalau jaman dulu disebut dengan ambatik.
Pada umumnya Batik Tulis adalah salah satu jenis hasil proses produksi batik yang teknis pembuatan motifnya langsung ditulis secara manual menggunakan canting yang terbuat dari tembaga dengan gagang dari bambu.
Jadi batik tulis inilah yang disebut-sebut sebagai warisan turun-temurun nenek moyang bangsa Indonesia, karena proses dan pengerjaannya dinilai masih tradisional dan manual.
Karena teknik pengerjaannya tradisional dan manual otomatis pengerjaannya lebih lama dan lebih rumit dibanding dengan batik cap dan batik printing, tapi itu lah yang membuat batik tulis lebih berharga dan unik di banding batik lainnya.
Kalau orang bilang batik merupakan seni tanpa makna, sebenarnya itu keliru. Karena batik adalah sebuah kesenian yang penuh dengan makna. Batik bukan hanya sekadar corak yang digambar oleh seniman saja.
Sebelum jaman kemerdekaan, banyak daerah-daerah pusat perbatikan yang menjadikan batik sebagai alat perjuangan ekonomi dalam melawan perekonomian Belanda. Sehingga, batik mempunyai makna yang sangat dalam.
Batik di setiap daerah memiliki motif yang bervariasi, dan tentunya makna yang berbeda-beda pula. Menurut Kuswadji K. (1914 – 1986) seorang pelopor seni batik mengatakan batik tidak cuma sekadar gambar atau ilustrasi saja.
Kata dia, setiap batik harus memiliki makna untuk dikenal, seperti batik Kawung yang maknanya adalah penggambaran bahwa itikad yang bersih itu merupakan sebuah ketetapan hati yang tidak perlu diketahui oleh orang lain.
Dengan demikian, warisan nilai yang tertanam dalam goresan seni batik tidaklah muda dipahami. Sehingga tidak banyak pemuda yang menekuni usaha ini. Padahal, kalau ditelusuri lebih dalam batik bisa dijadikan perantara dalam mengembangkan kemampuan melukis dan berekspresi. Di samping itu, batik saat ini juga bernilai ekonomis.
Seperti yang dilakukan oleh pemuda asal Pasongsongan yang saat ini berdomisili di Desa Mandala, Kecamatan Rubaru, Kabupaten Sumenep, Darto’ dengan dua rekannya, Tazam dan Paidi.
Tiga pemuda ini, adalah pelopor yang berinisiatif untuk terus menjaga warisan leluhur. Hingga kemudian berhasil mendirikan batik tulis yang saat ini diberi nama ‘Darma Batik Tulis Madura’.
“Pendirian batik tulis ini memang tujuan awalnya adalah meneruskan kearifan kreatifitas leluhur yang diwariskan kepada kita untuk dilanjutkan sampai kapan pun,” ucap perintis sekaligus desainer Darma Batik, Darto’, saat ditemui media ini. Minggu (7/6/2020).
“Apalagi batik sudah menjadi bagian dari budaya bangsa Indonesia yang sudah mendunia,” imbuhnya.
Dengan perkembangan teknologi informasi yang dituntut untuk serba cepat, kini Darma Batik Tulis sudah mulai booming. Bahkan, hampir diseluruh pelosok nusantara.
“Selama kurang lebih 3 tahun sejak berdiri, kami bersinergi dengan media cetak maupun online. Alhamdulillah, saat ini sudah banyak yang berdatangan dari berbagai penjuru di negeri ini,” ujarnya.
“Kalau yang pesan memang sudah banyak, dari lokal Madura sendiri, Jawa Timur, Jawa Tengah, Semarang, Bali dan Jakarta, bahkan sampai ke Aceh, ” imbuh Paidi.
Kata pria yang juga merupakan perintis sekaligus marketing Batik Darma ini, meluasnya pesanan batik yang ia kelola bersama rekannya itu tidak lepas dari ketekunan dan pelayanan terbaik yang diberikanya.
“ketekunan, updatenya motif dan pelayanan yang memuaskan pada konsumen adalah hal yang terpenting dalam pengembangan usaha ini, apalagi di Darma Batik mengutamakan, Limited Edition, pemesanan motif sesuai selera konsumen,” bebernya.
Di samping itu, keistimewaan dan keawetan akan menjadi nilai tersendiri yang dimiliki oleh Batik Darma. Sehingga, di samping harga bersahabat juga akan memberikan kepuasan kepada pelanggan.
“Tentunya keistimewaan dan keawetan harus dipertahankan semaksimal mungkin. Makanya kami berani memberi garansi 2 tahun apabila batik itu rusak atau warnanya pudar, kita ganti yang baru. Untuk harga dimulai dari Rp 450 ribu sampai Rp 3 juta,” Tegas Manajer Darma Batik, Tazam. (die/bil)
Comment