Muzdhalifah, Penderita Tetanus Asal Sumenep Butuh Uluran Tangan

0 Komentar
Reporter : Panji Agira
Muzdhalifah, Penderita Tetanus Asal Sumenep Butuh Uluran Tangan

Foto: Kondisi Muzdhalifah, putri pasangan suami istri Rusdi dan Muhsina, yang didiagnosa dokter menderita infeksi Tetanus derajat berat.

SUMENEP, (WARTA ZONE) Maksud hati merantau ke Jakarta mencari rezeki, namun Tuhan berkehendak lain, memaksa Rusdi, 27 tahun, asal Desa Billapora Timur, Kecamatan Ganding, Kabupaten Sumenep, Jawa Timur, harus menerima kenyataan putri semata wayangnya setelah diagnosa menderita infeksi Tetanus derajat berat.

Peristiwa nahas itu bermula ketika Rusdi dan Muhsina (istrinya) yang turut serta membawa anak semata wayangnya merantau ke Kota Metropolitan.

Saat itu, ketika Rusdi datang berbelanja dan hendak menurunkan beras, tanpa disadari Muzdhalifah lepas dari pengawasan istrinya dan keluar dari dalam toko.

Baca Juga:  Perda Toleransi Kehidupan Bermasyarakat Segera Disahkan, Sumenep Bisa Menjadi Daerah Percontohan di Madura

Tak lama kemudian, dari luar terdengar tangis Muzdhalifah yang dalam keadaan tertimpa motor yang diparkir di depan teras.

Keadaan itu sontak membuat Rusdi dan istrinya membawa Muzdhalifah ke rumah sakit untuk mendapatkan pertolongan.

“Kondisinya kritis. Mohon doanya semoga anak kami bisa diselamatkan,” kata Rusdi. Rabu, 13 April 2022.

Dari kisah itu, setiba di rumah sakit, jempol kaki kiri Muzdhalifah yang berdarah akhirnya mendapat perawatan dari tim medis dengan cara dijahit agar darah yang terus keluar bisa dihentikan.

Baca Juga:  Menyingkap Tabir Carut Marut Mega Proyek KIHT Sumenep

Setelah berangsur membaik, berselang beberapa hari kondisi Muzdhalifah mengalami perubahan. Tubuhnya biru dan kaku sedangkan mulutnya sulit untuk dibuka.

Mendapati kondisi anaknya yang berubah drastis, akhirnya Rusdi kembali membawanya ke rumah sakit. Dari pemeriksaan tim medis, Muzdalifah didiagnosa menderita Tetanus derajat berat.

Keadaan itu membuat Rusdi dan Istrinya gamang. Ia tak tahu harus dengan cara apa menyelamatkan putrinya setelah mengetahui biasa yang harus ia keluar bernilai fantastis, sekitar Rp 240 juta.

“Kami tidak tahu harus bagaimana. Kami hanya ingin putri kami bisa diselamatkan,” harapnya. (*)

Tulisan ini berasal dari redaksi

Comment