Gubernur Jatim Ingatkan Masyarakat Pesisir Pantai, Waspadai Peringatan Dini Bencana

0 Komentar
Reporter : Nur Imatus Safitri
Foto: Gubernur Jatim Khofifah Indar Parawansa didampingi Bupati Jember Hendy Siswanto, serta BMKG Pusat Rahmat Triyono, saat meninjau lokasi terdampak gempa di wilayah pesisir pantai Watu Ulo, Kecamatan Ambulu.

Foto: Gubernur Jatim Khofifah Indar Parawansa didampingi Bupati Jember Hendy Siswanto, serta BMKG Pusat Rahmat Triyono, saat meninjau lokasi terdampak gempa di wilayah pesisir pantai Watu Ulo, Kecamatan Ambulu.

JEMBER, (WARTA ZONE) – Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa, meninjau lokasi terdampak gempa magnitudo 5,1 SR yang terjadi di sekitar wilayah pesisir pantai Dusun Watu Ulo, Desa Sumberejo, Kecamatan Ambulu, Jember.

Sebelum meninjau ke lokasi yang terdampak, orang nomor satu di Jawa Timur itu melakukan rapat koordinasi terkait mitigasi bencana gempa dengan Pemkab Jember dan Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG).

“Pada dasarnya, Ibu Kepala BMKG sudah dua kali menjelaskan tentang beberapa hal yang harus di mitigasi secara serius oleh (wilayah) Jawa Timur. Itu juga dilakukan kepada provinsi yang lain,” kata Khofifah saat dikonfirmasi usai rapat koordinasi di Pendapa Wahyawibawagraha, Sabtu (18/12/2021).

Menurut Khofifah, dari informasi yang disampaikan BMKG. Wilayah Provinsi Jawa Timur berada pada wilayah patahan lempeng bumi (ring of fire), yang rentan menyebabkan gempa.

Baca Juga:  Aksi Bejat Dugaan Pencabulan Paman terhadap Keponakan di Jember, Dilakukan saat Korban Pulang Sekolah

“Patahan itu pada peta, tidak hanya di wilayah Jawa Timur, tetapi juga wilayah lain (selatan Pulau Jawa). Sehingga menjadi kewaspadaan yang sudah harus terkonfirmasi dengan para kepala daerah setempat,” ujarnya.

Selain itu, lanjut Khofifah, terkait early warning system jauh hari sudah disampaikan BMKG. Soal potensi Megathrust.

“Terkait potensi Megathrust, Ibu kepala BMKG pun sudah melakukan penjajakan. Sesuatu yang tidak diharapkan. Tapi semisal nanti terjadi, potensi tsunami dengan tinggi kurang lebih 29 meter. Maka kira-kira masyarakat kalau melakukan evakuasi titik mana (lokasi aman), dan berapa menit (upaya menyelamatkan diri),” ungkapnya.

Maka dari itu, Khofifah meninjau langsung soal jalur dan rambu-rambu titik evakuasi penyelamatan.

Baca Juga:  Bupati Hendy Lepas 3.500 Mahasiswa KKN Kolaboratif, Mahasiswa Akui Siap Mengabdi Untuk Jember

“Dari BMKG sudah melakukan, nah kami (Pemrpov Jatim) juga melakukan (pengecekan) hal yang sama. Titik evakuasi mana yang paling aman dan cepat,” tegasnya.

Selain itu, pihaknya juga mengingatkan terkait Early Warning System (peringatan dini) kepada Masyarakat khususnya di pesisir pantai untuk tetap waspada.

Khofifah menambahkan, perlunya sosialisasi secara masif kepada masyarakat. Terkait upaya menyelamatkan diri yang tepat saat terjadinya bencana.

“Ini yang harus disosialisasikan, titik evakuasi, titik pengungsian di sana. Penanda-penandanya harus terang dan jelas. Seperti yang terjadi di Lumajang (Gunung) Semeru. Sebetulnya titik papannya sudah jelas dan terang terbaca. Karena adanya panas guguran dan awan lebat, ditambah suasana awan yang gelap, jadi masyarakat relatif panik,” ungkapnya.

Baca Juga:  Antisipasi Berita Hoax, Bawaslu Jember Belajar dari Pengalaman Kabar Tidak Benar Mantan Bupati Faida Saat Pilkada Lalu

Dikonfirmasi terpisah, Kepala Pusat Seismologi Teknik Geofisika Potensial dan Tanda Waktu BMKG Pusat Rahmat Triyono mengingatkan agar terkait mitigasi bencana harus masif dilakukan.

“Himbauan kepada masyarakat, tentunya (untuk) tidak terlalu panik, yang penting upaya mitigasi kepada masyarakat, menyadari bahwa ancaman gempa bumi ada setiap saat,” ujar Rahmat.

Untuk dampak kerusakan bangunan akibat gempa, Rahmat juga mengingatkan soal adanya sosialisasi yang masif tentang bagaimana membuat bangunan aman dan dapat tahan gempa bumi.

“Jangan sampai yang kami buat malah membunuh kami sendiri, karena tidak memperhatikan kaidah-kaidah bangunan yang standar,” imbuhnya. (*)

Tulisan ini berasal dari redaksi

Comment