SUMENEP, (WARTA ZONE) – Sejumlah fakta Srikaya Langsar yang diborong Gubernur Jawa Timur, Khofifah Indar Parawansa di Pasar Bluto, Sumenep, Selasa (18/1/2022) kemarin, cukup menarik diketahui.
Setidaknya ada 3 fakta Srikaya Langsar yang dirangkum wartazone.com dalam tulisan ini, hingga membuat Gubernur Jatim memborong buah tropis tersebut di Pasar Bluto.
1. Punya Warna, Tekstur dan Rasa Khas
Buah Srikaya banyak ditemui di Nusantara, khususnya di dataran tinggi. Namun, Srikaya asal Desa Langsar, Kecamatan Saronggi, Kabupaten Sumenep sangat berbeda dengan Srikaya dari daerah lain.
Perbedaan yang mencolok antara Srikaya Langsar dengan Srikaya daerah lain bisa dilihat baik dari warna dan bentuk kulit, tekstur dan rasa buahnya yang khas.
Sahriyani, nenek asal Kecamatan Saronggi menyebut warna kulit Srikaya Langsar lebih hijau (Madura: Bhiru). Rasanya juga lebih manis daripada Srikaya yang berasal dari wilayah lain di Sumenep.
“Srikaya yang bagus memang dari Desa Langsar, dan terkenal,” kata Sahriyani dikutip wartazone.com dari kabarmadura.id.
Tak hanya itu, Srikaya dari Langsar (juga Saronggi dan Bluto secara umum) memiliki daging yang tebal, sehingga tidak nampak berpasir seperti umumnya Srikaya.
Begitu pun biji yang ada di dalam daging tebal Srikaya Langsar biasanya berukuran kecil. Sehingga wajar, jika Srikaya dari desa tersebut jadi komoditas unggulan Sumenep.
2. Jadi Srikaya Primadona
Berkat bentuk, terutama tekstur daging yang tebal dan rasa buahnya yang manis dan legit, Srikaya Langsar menjadi Srikaya primadona.
Saking jadi Srikaya primadona, jika warga Sumenep atau dari luar daerah ingin membeli buah dengan nama Latin Annona Squamosa itu di Pasar Bluto pasti akan bertanya asalnya.
Jika berasal dari Langsar, Saronggi (atau juga dari Bluto), bisa dipastikan Srikaya itu punya kualitas yang lebih baik dari daerah lain.
“Biasanya kalau orang yang membeli Srikaya itu yang dipertanyakan pertama kali adalah betthelleh (asalnya, red) dari mana?” kata Sahriyani dikutip dari kabarmadura.id.
3. Ditanam di Pinggir Lahan Dekat Rumah
Mayoritas warga Desa Langsar, Saronggi (juga di Bluto) menanam Srikaya di pinggir lahan dekat rumahnya, yang disebut orang Madura sebagai “Tabun“.
Pola tanam tersebut bukan tanpa alasan. Saona, warga Desa Langsar menjelaskan penanaman Srikaya di tabun agar tidak mengganggu tanaman di tengah lahan.
Namun, kondisi Srikaya yang masih dianggap tumbuh apa adanya di lahan warga Saronggi dan Bluto itulah yang menjadi atensi Gubernur Jatim, Khofifah Indar Parawansa.
Gubernur Jatim menginginkan Srikaya Langsar yang menjadi komoditas unggulan Sumenep, bisa dikelola dengan baik untuk mendongkrak perekonomian petani.
Mantan Menteri Sosial tersebut menginginkan komoditas Srikaya Langsar bisa menjadi sumber pendapatan tambahan bagi masyarakat, sehingga harus dibudidayakan.
“Kalau lahannya memungkinkan bisa dibudidayakan dengan proses pertanian modern, dengan harapan komoditas Srikaya menjadi sumber tambahan penghasilan masyarakat,” saran Gubernur Khofifah.
Itulah beberapa fakta Srikaya Langsar yang diborong Gubernur Jatim di Pasar Bluto. (*)
Comment