Remaja Asal Jember Menderita Tumor Palpebra, 16 Tahun Kesulitan Biaya Berobat

0 Komentar
Reporter : Nur Imatus Safitri
Foto: Sofiatun (16), warga Dusun Sukomoelang, Desa Panduman, Kecamatan Jelbuk, Jember, menderita Tumor Palpebra pada kelopak mata sebelah kanan.

Foto: Sofiatun (16), warga Dusun Sukomoelang, Desa Panduman, Kecamatan Jelbuk, Jember, menderita Tumor Palpebra pada kelopak mata sebelah kanan.

JEMBER, (WARTA ZONE) – Seorang Remaja perempuan bernama Sofiatun berumur 16 tahun, warga Dusun Sukomoelang, Desa Panduman, Kecamatan Jelbuk, Jember, menderita Tumor Palpebra pada kelopak mata sebelah kanan. Benjolan itu berukuran sebesar batu kelereng.

Diketahui, tumor palpebra adalah benjolan massa abnormal pada daerah sekitar mata. Tumor tersebut bisa berasal dari kulit, jaringan ikat, jaringan kelenjar, pembuluh darah, saraf, maupun dari otot sekitar palpebra. Dapat dikelompokkan menjadi tumor jinak dan tumor ganas.

Penyakit tumor yang diderita Sofiatun sudah memakan waktu yang cukup lama. Kemudian, baru mendapatkan penanganan medis sekitar tahun 2020 lalu.

“Mulai bayi umur 2 bulan benjolan kecil sudah ada di kelopak matanya. Semakin lama benjolannya juga ikut membesar,” sambungnya,” ucap Siama, ibu Sofiatun, saat dikonfirmasi di rumahnya, Selasa (22/6/2021).

Diketahui, terakhir Sofi sudah melakukan pengobatan ke Rumah Sakit (RS) dr. Soetomo, Surabaya. Namun karena keterbatasan biaya, maka sampai saat ini penyakit yang dialami Sofi belum ada tindaklanjut penanganannya.

“Pertama anak saya itu, diperiksakan ke Puskesmas, kemudian dari Puskesmas menyarankan dirujuk ke RSD dr. Soebandi Jember dan ke RS Bina Sehat,” ujarnya.

“Terakhir ke Rumah Sakit Surabaya (dr. Soetomo) itu, kalau tidak salah tahun lalu,” sambungnya.

Kemudian, untuk biaya kendaraan mobil ambulans ke Surabaya, dalam menjalani proses pemeriksaan. Siama harus mengeluarkan biaya sendiri.

“Ke Surabaya-nya kami naik Ambulans, pakai ongkos sendiri. Katanya kalau naik ambulans desa gratis, ini kok saya disuruh bayar,” ungkapnya.

Ditanya lebih jauh, berapa untuk biaya transport ke RSUD Dr. Soetomo?.

“Seingat saya ke Surabaya itu 3 kali, setiap berangkat itu kan naik ambulans desa, biayanya 1,6 juta. Untuk biaya makan supir 300 ribu, biaya tol 300 ribu. Itu semua pakai uang pribadi saya. Pokoknya anak saya bisa sembuh dari penyakitnya. Meskipun sudah keluar uang banyak, semua demi anak,” ucapnya dengan raut wajah sedih.

Siama menjelaskan, untuk penyembuhannya itu, harus secepatnya ditangani secara medis dan tidak ada cara lain selain operasi.

“Jangankan untuk operasi, biaya untuk berobat saja saya masih ngutang ke tetangga sekitar. Sampai jual dua kambing saya waktu itu demi kesembuhan Sofi,” ulasnya.

Sofiatun berasal dari keluarga kurang mampu. Sehingga bukan sebagai peserta penerima iuran BPJS, melainkan menjadi pemegang kartu BPJS Mandiri.

“Setiap mengantarkan berobat anak saya, biayanya dari hasil pinjaman ke Bank. Sampai sekarang belum bisa membayar bunga pinjaman itu,” tuturnya.

Dengan kondisi yang dialaminya, Siama mengaku hanya bisa pasrah. Dengan berharap ada bantuan yang datang kepadanya.

“Memang ada warga Kecamatan Jelbuk kemarin ke rumah niat mau bantu, katanya tanggal 2 Juli besok mau membawa anak saya ke RS Jember Klinik untuk operasi,” katanya.

Terpisah Sofiatun mengatakan, penyakit yang di kelopak mata bagian kanan itu sudah ada dari kecil.

“Kalau dibuat melihat itu mata saya tidak enak, kayak kabur (tidak dapat melihat dengan jelas, red),” tuturnya.

Semakin hari, kata Sofiatun, benjolan yang ada di kelopak mata bagian kanannya, semakin membesar, dan seukuran batu kelereng.

“Sampai sekarang benjolan di mata saya sudah tambah besar, nutupin kelopak mata kanan saya. Ini saja mata saya terasa gatal dan panas. Saya takut sekali kalau tumornya menjalar ke mata kiri saya. Nanti saya jadi tidak bisa melihat lagi,” tandasnya.

Remaja tamatan Sekolah Dasar (SD) itu, saat ini enggan melanjutkan ke tingkat pendidikan Sekolah Menengah Pertama (SMP). Alasannya, karena malu dengan penyakitnya, ditambah Sofi juga merasa kasihan dengan kondisi orang tuanya.

“Kasihan ibu dan bapak, yang saat ke Surabaya saja belum bisa bayar utangnya. Kalau operasi kasihan tidak ada biaya,” kata Sofi sambil berusaha menutupi benjolan pada kelopak matanya. (*)

Tulisan ini berasal dari redaksi

Comment