Musik Jazz Tebing Tampil 7 Jam, Cara Pengelola Wisata di Jember Fasilitasi Musisi Berkarya di Tengah Pandemi

0 Komentar

Foto: Fasilitasi Musisi Jember Berkarya di Tengah Pandemi, Lewat Tampilan Musik Jazz Tebing.

JEMBER, (WARTA ZONE) — Sebuah lokasi wisata keluarga di Kabupaten Jember, menggelar even musik bergenre jazz di sebuah cafe yang lokasinya berada di pinggir tebing, Sabtu (26/9/2020) malam. Gelaran musik jazz itu digelar di tengah pandemi Covid-19 dengan menerapakan protokol kesehatan.

Gelaran musik asal Negeri Paman Sam menurut situs web wikipedia itu, berlangsung selama kurang lebih 7 jam. Mulai dari pukul 15.00 WIB dan berakhir sekitar pukul 21.00 WIB.

Bagi penikmat musik jazz, tidak harus langsung datang ke lokasi acara untuk dapat melihat kepiawaian para musisi dalam bermusik.

Panitia penyelenggara, memberikan fasilitas dapat menonton langsung melalui akun youtube. Hal itu dilakukan, karena gelaran even itu dilaksanakan di tengah pandemi covid-19 ini.

Penonton yang hadir pun dibatasi, kurang lebih hanya 10-30 orang yang berada di lokasi acara. Mereka hanya keluarga atau fans dari grup musik yang tampil di even bernama ‘Jazz Tebing’ itu.

“Even ini kami gelar ditengah pandemi, bukan karena kami tidak taat pada aturan pemerintah, tapi semata-mata adalah ajang untuk mewadahi para musisi-musisi Jember agar tetap terus dan semangat berkarya,” kata Owner Taman Botani Sukorambi Jember, Febrian Kahar, saat dikonfirmasi di tengah acara.

Baca Juga:  Berbagi Bansos di Masa Pandemi, untuk Warga Indonesia Timur

Terkait rencana dan konsep even ‘Jazz Tebing’ sudah sejak lama ingin digelar di Jember. “Bahkan sejak setahun atau dua tahun yang lalu. Tapi karena tahun ini ada pandemi Covid-19, sempat kebingunan bagaimana akan digelar even itu,” sebutnya.

Menggandeng Komunitas Musisi Jember (KMJ), even Jazz Tebing tersebut dimatangkan konsepnya dan akhirnya dapat digelar.

“Awalnya kita telpon dan ajak kumpul, untuk menanyakan kabarnya lagi. Tapi ternyata diakui di saat pandemi ini, mereka (para musisi Jember) merasa kehilangan semangat, ibarat kehilangan kaki di situasi saat ini, karena berkegiatan apapun terdampak Lockdown. Padahal keinginan bermusik (dan melanjutkan konsep musik) tetap ada,” jelasnya.

Akhirnya dipilihlah konsep bermusik di tengah pandemi itu, dengan digelar di taman rekreasi keluarga yang lokasinya alami dan terbuka.

“Bahkan kita tidak mengundang penonton, murni adalah live streaming (siaran langsung lewat daring) melalui akun Youtube dan Instagram. Bahkan uji coba kami lakukan sebanyak dua kali (sebelum even) bagaimana jalannya musik tersebut,” katanya.

Penonton pun dibatasi. Setiap band yang tampil, penontonnya hanya 10 orang, itupun diberi gelang khusus. Sebagai penanda jika dia adalah penonton atau keluarga satu band tersebut, dengan warna beda-beda.

Baca Juga:  Bupati Sumenep Ajak Pelaku Media Bidik Potensi Pariwisata dan UMKM, Setelah Pandemi Covid-19

“Jika band yang ditonton sudah tampil, maka maaf kami minta untuk berpindah (bergantian) bagi penonton yang lain. Ini adalah penerapan protokol kesehatan kami, jangan sampai berkumpul,” tuturnya.

“Apalagi tidak pakai masker, ataupun tidak mematuhi protokol kesehatan, maka akan kami tindak tegas,” imbuhnya.

Lebih jauh Febrian menambahkan, alasan dipilihnya aliran musik jazz dalam even tersebut. Karena untuk memberikan warna baru, dalam sebuah even musik yang ada di Kota Tembakau ini.

“Jazz itu, untuk menjual Jember. Jember terkenal dengan musik dangdutnya, dan juga musik-musik yang lain. Kita cari yang beda,” katanya.

“Jika jazz di kota lain lokasinya juga memiliki nilai tersendiri. Kita di Jember lokasinya di tebing, dan area alam (mirip) hutan yang kaya akan kandungan airnya, dan juga merupakan salah satu lokasi sumber air terbesar di Jember ini,” tuturnya.

Terpisah, Ketua KMJ Agus Pindhank mengatakan, dengan adanya gelaran even ini merupakan wadah bagi para musisi khususnya di Jember, agar dapat terus berkarya.

Baca Juga:  Peringati HKN ke 57, Kabid Dokkes Polda Jatim Dapat Penghargaan

“Namun jangan sampai kita lupa, bahwa kesehatan adalah hal yang utama. Jangan sampai sebuah karya (bermusik) terhambat, tapi tidak mengutamakan kesehatan,” katanya.

Senada dengan yang disampaikan Febrian, pilihan musik jazz dipilih dalam gelaran even itu, sebagai sesuatu yang beda. “Karena kita ingin ada yang ikonik di gelaran ini, sehingga dipilihlah (genre musik) itu dalam even ini,” tuturnya.

Pria yang juga pendiri salah satu sekolah musik di Jember ini menambahkan, di situasi pandemi Covid-19 saat ini, diakui olehnya para musisi di Jember kesulitan untuk menampilkan karyanya dan bahkam untuk mencari penghasilan lewat bermusik.

“Karena kegiatan-kegiatan yang sifatnya kerumunan dan ramau kan dilarang. Tentunya bagi kami musisi, kesulitan dalam berkarya. Namun kami sesama musisi, saling membantu tampil lewat akun youtube itu,” katanya.

Namun diakui olehnya, tidak semua musisi memiliki alat atau pun juga paham bagaimana menampilkan musik lewat daring tersebut.

“Ya akhirnya kita saling bantu, dan support menggandeng teman-teman musisi yang fasilitasnya (untuk dapat tampil secara daring itu). Karena bagaimanapun berkarya dalam bermusik harus dapat tetap terua patuh untuk menjaga kesehatan,” pungkasnya. (arka/jie)

Tulisan ini berasal dari redaksi

Comment