SUMENEP, (WARTA ZONE) – Tak terasa dalam hitungan hari lagi, seluruh umat muslim di dunia akan memasuki salah satu bulan paling mulia yakni bulan Ramadan. Ini pertanda bahwa sebentar lagi umat muslim akan melaksanakan salah satu rukun Islam yang ketiga, yakni puasa Ramadan.
Bulan suci Ramadan merupakan bulan yang mulia dan penuh berkah. Pada bulan ini, pintu-pintu surga dibuka dan pintu-pintu neraka ditutup.
Terlebih, Ramadan bukan hanya sekadar bulan puasa, tetapi juga merupakan kesempatan untuk mendekatkan diri kepada sang Pencipta, memperbaiki diri, serta meningkatkan keimanan dan ketakwaan.
Banyak tradisi yang masih kental di tengah masyarakat dalam rangka menyambut bulan suci ramadan, salah satunya dengan menggelar ‘Akosar‘. Akosar merupakan bahasa madura yang berarti ziarah makam atau yang dalam bahasa jawanya dikenal sebagai ‘Nyekar‘.
Kebudayaan merupakan pondasi kehidupan masyarakat dalam menjalan berbagai kesehariannya. Dengan kebudayaan masyarakat menjadi rekat dan sulit untuk dipecah belah.
Kegiatan kebudayaan ini biasanya dilakukan oleh masyarakat desa saat menyambut bulan suci ramadhan.
Di Sumenep, tepatnya di pulau Giliraja budaya Akosar ini masih sangat kental. Mulai dari warga, pemuda hingga anak-anak.
Menyambut ramadan tahun ini, para santri Ponpes Al-Arief Jate Pulau Giliraja, Kecamatan Giligenting, Kabupaten Sumenep menggelar bersih-bersih makam atau pasarean Agung Arif pendiri pondok pesantren Al-arief bersama warga sekitar.
Biro Humas pondok pesantren Al-Arief Jate Giliraja, Misrin Suja’ie menyampaikan, kegiatan bersih makam sudah menjadi tradisi menjelang bulan suci ramadan bagi warga di lingkungan pesantren.
“Kerja bakti bersih-bersih makam sudah menjadi tradisi kami dalam menyambut datangnya bulan suci ramadan,” ungkapnya kepada media ini, Sabtu (9 Maret 2024).
Diketahui, membersihkan kuburan dalam rangka menjaga kehormatan mayit, sehingga kuburannya tidak terinjak dan tidak diduduki, ini perkara yang baik.
Begitu pula, jika kuburan dibersihkan agar tidak ada gangguan bagi orang yang berziarah kubur, maka ini adalah kebaikan.
“Hal ini sudah rutin kami lakukan untuk menghormati para leluhur kami,” terang Misrin.
Pengasuh Pondok pesantren Al-arief Jate Giliraja, KH. Sutarman menyebut, kegiatan positif ini akan terus dilanjutkan untuk melatih santri guna mengingat para leluhur atau pendahulu utamanya soal kebersihan, karena menjaga kebersihan dan keindahan lingkungan adalah tanggung jawab bersama.
“Tujuan lainnya adalah untuk membantu masyarakat yang hendak berziarah ke makam semakin khidmat. Ini sudah menjadi budaya para pendahulu menjelang datangnya bulan suci ramadan,” sebutnya.
Lewat kegiatan rutin tahunan jelang Ramadan, pihaknya berharap para santri dan masyarakat di sekitar ponpes dapat menjaga tradisi leluhur.
“Semoga para santri dan warga bisa selalu menjaga tradisi ini. Karena mengirim doa untuk para leluhur yang sudah meninggal adalah bagian kewajiban bersama,” pungkasnya. (*)
Comment