JEMBER, (WARTA ZONE) – Ratusan mahasiswa perwakilan dari sejumlah perguruan tinggi negeri dan swasta di Jember. Ikut dalam acara ngulik (Ngobrol Unik Literasi Keuangan) yang digelar oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Jember, Jumat (13/10/2023) malam.
Acara yang dikemas dalam bentuk nongkrong dan ngopi di halaman OJK Jember itu, bertujuan untuk mengajak para mahasiswa, agar belajar dan memahami kiat-kiat bagaimana memulai investasi secara aman dan legal.
Menurut Kepala OJK Jember Hardi Rofiq Nasution, adanya acara yang dikemas santai dan seperti berada di cafe itu. Diharapkan memberikan manfaat dan menambah informasi soal memahami bagaimana memulai dan menjalankan investasi secara tepat dan benar.
“Sesuai tema kita, Ngulik ‘Ngobrol Unik Literasi Keuangan’, kalau ngomongin soal literasi keuangan, itu arahnya mitigasi resiko. Kalau mitigasi resiko, kita ajarkan investasi yang benar, wadahnya apa saja. Kalau (pemahaman soal) bank kan sudah umum, tapi kan itu harus punya uang lebih. Kalau investasi, bisa per sepuluhnya. Ada kesempatan di sana. Bahkan hasilnya bisa lebih besar dari hanya berharap (dari perputaran uang) di perbankan. Tapi (dalam berinvestasi) harus bersabar. Kita arahkan investasi yang benar dan legal, ya di sini,” ujar Hardi saat dikonfirmasi disela acara, Sabtu (14/10/2023) malam.
Dalam menjalankan sebuah investasi, Hardi menjelaskan, perlu dipahami soal potensi resiko tinggi yang mungkin dihadapi.
“Tidak ada nawarin pasar modal lewat WA, atau SMS. Karena dia (menawarkan investasi yang benar) dengan media legal. Tentu wadahnya izinnya harus (diketahui) OJK. Tapi kembali lagi, kalau investasi harus paham high risk dan high return. Artinya harus paham resiko dan bagaimana mendapatkan manfaat besarnya. Jangan baru belajar investasi langsung masuk pasar modal,” ujarnya.
Alasan menggandeng dan memberikan edukasi soal investasi kepada para mahasiswa. Lebih lanjut kata Hardi, dalam belajar investasi harus melalui beberapa tahapan.
“Kalau mahasiswa, kan belum terarah, tapi dalam hitungan jangka menengah. Mereka sudah menjadi pegawai yang potensial. Atau bisa disebut calon-calon orang yang punya duit. Apalagi (bicara soal investasi) masih jarang mahasiswa mendapatkan (dan paham) bagaimana berinvestasi yang benar. Harapannya dari giat (edukasi) ini bisa terserap ilmu 90 persen,” tuturnya.
Peluang investasi beraneka ragam, katanya, apakah masuk dunia kerja, ataupun dalam mengelola bisnis berbentuk franchise (waralaba).
“Untuk awal dijelaskan apa itu modal? Kalau belum punya duit arahnya ke bank (mengelola pinjaman modal) atau kalau sudah, bagaimana pengelolaan investasi yang tepat. Inikan masih dasar, nanti ada semacam kelasnya. Dia belajar kayak ada simulasinya. Jadi belajar trandingnya gmna. Gak langsung uang beneran, masih berupa tes. Dikasih modal uang digital, tapi tidak bisa ditarik,” ulasnya.
Dari giat belajar investasi itu, lebih jauh Hardi menyampaikan, merupakan giat pertama kali, yang dimungkinkan nanti akan ada kelanjutan dan evaluasi tentang memahami sebuah investasi itu.
“Kita coba dulu dan evaluasi yang pertama ini, nanti hasil survei ke teman-teman mahasiswa, mereka masih minat lagi. Kita buka lagi informasi untuk belajar ini, sehingga bisa naik tingkat dan benar-benar paham bagaimana berinvestasi yang benar itu,” tuturnya.
Dari kegiatan belajar soal investasi dari level dasar itu. OJK Jember juga menggandeng pemateri dan ahli di bidang Bursa Efek tingkat Jawa Timur. Didatangkan langsung dari Surabaya.
Dari kegiatan belajar investasi itu, menurut salah seorang mahasiswa Muhammad Korib Hamdani memberikan manfaat ilmu dan informasi soal bagaimana langkah awal memulai investasi itu.
“Untuk adanya acara dari OJK ini sangat bermanfaat sekali untuk mahasiswa, ada beberapa mahasiswa yang masih kurang paham terkait dengan ilmu literasi keuangan. Sekarang bisa sedikit paham,” ujar Korib saat dikonfirmasi terpisah.
Memahami proses investasi, kata mahasiswa Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam (FEBI) UIN KHAS Jember ini, baru dipahami jika ada langkah awal yang harus dilakukan.
“Tidak kemudian langsung melakukan investasi, tapi yang ada malah melakukan pinjol (pinjaman online). Karena teman-teman saya ada yg seperti itu. Maka dengan adanya OJK ini, mengadakan (edukasi soal) investasi ini, bisa buat mereka berfikir. Bahwasanya adanya investasi ini akan menambah keuntungan bagi mahasiwa. Apalagi kalau tidak punya uang bukan malah pinjol. Tapi harusnya berinvestasi yang benar,” ujarnya.
Terkait memulai investasi, diakui mahasiswa Semester V ini, juga ada kesulitan yang harus dihadapi.
“Sebenarnya kalau kesulitan dari mahasiswa itu bagaimana step by stepnya, karena kan banyak beberapa problematika yang ada di luar, atau bagaimana mengenali beberapa perusahaan yg ilegal. Sehingga yang ada, malah mereka (para mahasiswa) takut untuk berinvestasi. Makanya dengan adanya OJK yang mengadakan acara ini, membuka wawasan yg luas terhadap literasi keuangan,” tuturnya. (*)
Comment