Solusi Ancaman Resesi Global, Beli Produk Lokal dan Angkat Potensi UMKM

0 Komentar
Reporter : Nur Imatus Safitri
Solusi Ancaman Resesi Global, Beli Produk Lokal dan Angkat Potensi UMKM

Foto: Kegiatan Diskusi ekonomi yang dilakukan anggota HIPMI Jember.

JEMBER, (WARTA ZONE) – Menyikapi soal resesi ekonomi global tahun 2023 mendatang, menjadi momok yang cukup mengkhawatirkan terkait dampak ekonomi yang mungkin akan terjadi di Indonesia.

Dipicu dari pandemi Covid-19 dan perang Rusia-Ukraina. Namun beberapa kalangan memastikan bahwa Indonesia tidak akan terkena dampaknya secara signifikan.

Akan tetapi, perlu ada penguatan ekonomi juga. Pasalnya ada beberapa indikator yang nantinya resesi ekonomi ini bisa berdampak ke Indonesia.

Namun demikian, tidak akan memberikan pengaruh signifikan. Asalkan poin-poin menyikapi persoalan ekonomi itu dilakukan di Indonesia.

Lewat diskusi dan sharing (berbagi wawasan, red) yang dilakukan anggota Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (HIPMI) Jember. Bertajuk HIPMI talk yang dilakukan di salah satu cafe ternama di Jember, Kamis (22/12/2022) malam.

Pemateri dalam kegiatan diskusi Fajar Wahyu Prianto mengatakan, dengan berbagai macam momok ataupun prediksi soal resesi global. Masyarakat di Indonesia tidak perlu khawatir dan panik.

“Jadi masyarakat tidak perlu terlalu khawatir tentang prediksi-prediksi resesi ini. Resesi ini direfleksikan dari kondisi yang ada di negara maju seperti Amerika dan negara-negara di Eropa. Tapi Indonesia ini (hanya) dikhawatirkan saja terimbas. Lewat mana imbasnya? Lewat pasar barang dan pasar uang,” kata Wahyu saat menyampaikan materi dalam acara diskusi.

Baca Juga:  Kabupaten Jember Banjir Even hingga Akhir 2022, Tingkat Lokal hingga Internasional

“Nah bagaimana masyarakat harus menyikapi, solusi yang penting, yakni bisa mempertahankan konsumsinya,” sambung Wahyu.

Dalam proses perputaran ekonomi, Wahyu menjelaskan, nilai konsumsi jangan sampai berhenti. Namun penguatan ekonomi itu akan berjalan baik, terlebih secara internal di Indonesia.

Saat bisa melakukan konsumsi atau transaksi jual beli di tingkat lokal.

“Namun perlu dicatat, soal resesi ini. Kalau dari harga barang-barang yang nanti berbasis impor, itu bisa naik. Tapi kalau bahan-bahan yang lokal, atau barang produksi lokal tidak akan naik,” ucapnya.

“Nah itu aman, seperti harga beras. Kemudian harga (sektor) perikanan atau peternakan seperti unggas, masih stabil. Jadi konsumsi itu tidak akan masalah. Yang masalah itu ketika kita mengkonsumsi bahan-bahan yang sifatnya impor,” imbuhnya.

Artinya, lanjut pria yang juga Dosen Ekonomi Pembangunan di Universitas Jember (Unej) ini, dengan tetap melakukan perputaran ekonomi di tingkat UMKM dan mengkonsumsi produk lokal.

Baca Juga:  Usai Jabatan Diperpanjang Dua Tahun, Kades Jember: ini berkah atau bencana

Juga belajar dari persoalan ekonomi dulu, Wahyu menambahkan, Indonesia masih bisa bertahan, dan melalui kendala-kendala ekonomi yang pernah dialami.

“Karena dari struktur perekonomian kita, 55-56 persen itu, perekonomian disumbang karena perekonomian domestik. Artinya selama orang-orang masih berkonsumsi, makan, berbelanja. Terutama kalau kita belanja punya bangsanya sendiri dan tidak impor. Perekonomian kita panjang,” ulasnya.

“Terbukti UMKM dari pengalaman 1998, 2008, dan perang dagang 2015-2017 itu. UMKM selalu bertahan. Karena hal itu memiliki akar ekonomi lokal. Jadi slogannya adalah, pemerintah daerah perlu fokus pada ekonomi lokal. Termasuk (angkat) potensi-potensi desa, pengusaha-pengusaha di pedesaan, itu semua perlu dikembangkan,” tegasnya.

Senada dengan yang disampaikan oleh Wahyu, seorang pengusaha bidang tembakau di Jember Agusta Jaka Purwana. Juga mengakui jika geliat UMKM diyakini dapat mengangkat perekonomian di Indonesia.

Baca Juga:  Kades Muda Ini Akui Siap Maju Pilkada Jember 2024

Terutama lewat produk lokal ataupun mengangkat potensi UMKM. Namun demikian, perlu sentuhan pemerintah untuk dapatnya UMKM itu naik kelas.

“Jadi kalau kita membaca tingkat perkonomian di Jember contohnya. Terakhir itu 4 koma sekian persen. Dimana sebelumnya dari minus dua naik jadi 4 itu. Jadi ini sebuah peningkatan. Artinya ekonomi digerakkan oleh sektor swasta dan sektor konsumsi masyarakat,” kata Agusta saat dikonfirmasi disela diskusi.

Ditingkat nasional pun, lanjutnya, geliat UMKM ini memiliki potensi positif. Jika nantinya menyikapi ekonomi global.

Namun demikian, kata pria yang juga Anggota DPRD Jember dari Demokrat ini, UMKM itu harus naik kelas.

“Jadi tidak hanya di (usaha) mikro atau penjualan souvenir atau lainnya. Sehingga perlu ada dukungan dan sentuhan dari pemerintah. Jadi solusi ini (menyikapi resesi ekonomi), maka harus menjadi perhatian juga, untuk nantinya bisa memberikan dampak yang lebih baik di ekonomi Indonesia,” tandasnya. (*)

Tulisan ini berasal dari redaksi

Comment