JEMBER, (WARTA ZONE) – Harga kedelai import melambung naik sejak satu bulan terakhir. Hal itu, diungkapkan oleh sejumlah pengrajin tempe rumahan di Lingkungan Kedung Piring, Kelurahan Tegal Besar, Kecamatan Kaliwates, Jember.
Salah seorang pengrajin tempe yang sudah meproduksi selama 35 tahun. Amina (53) mengaku dengan adanya kenaikan harga kedelai import mencapai Rp 11.400 per kilonya. Pihaknya terpaksa memperkecil hasil cetakan tempe agar tetap bisa menjual di pasaran.
“Sekarang harga kedelai import mahal, kurang lebih satu bulan terakhir ini. Bahkan setiap harinya harganya terus naik,” ucap Amina saat dikonfirmasi dirumah produksinya, Jumat (25/2/2022).
Ia menjelaskan, sebelumnya harga kedelai import Rp 9 ribu per kilonya. “Sekarang merangkak terus naik, harganya Rp 11.400 per kilonya. Ini naiknya gak tanggung-tanggung,” ujarnya.
Akibat kenaikan harga kedelai import itu, pihaknya terpaksa menaikkan harga jual ecer tempenya.
“Biasanya kalau untuk tempe ukuran kecil 1/4 kilo itu harganya Rp 2 ribu. Sekarang naik seribu rupiah menjadi Rp 3 ribu per potonganya. Dan juga ukuran ketebalan tempenya agak kita tipisi sedikit,” ungkapnya.
Ditanya lebih jauh, apakah pembeli di pasar ada yang mengeluh terkait kenaikan harga tempe?
“Untuk pembeli sendiri tidak ada yang mengeluhkan dengan adanya kenaikan harga. Karena mereka menyadari mahalnya harga kedelai sekarang,” tutupnya.
Senada dengan Amina, salah satu pengrajin tempe Muhammad Zaenal Arifin juga mengeluhkan hal yang sama.
“Harga kedelai import biasanya harganya Rp 6.200 ribu per kilonya. Sekarang jadi Rp 11.200 ribu per kilo. Untuk kenaikannya satu bulan belakangan,” ujar Arifin.
Untuk menyiasatinya, pihaknya tidak menaikkan harga jual tempe. Namun, memperkecil ukuran cetakannya.
“Harganya tetap per potongnya saya jual Rp 3 ribu, tapi ukurannya dikecilkan. Dari semula 30 cm, sekarang kita kurangi 10 cm,” ujarnya.
Kata Arifin, pihaknya juga menggunakan bahan kedelainya import. Karena hasil fragmentasi tempe bisa tahan lebih lama.
“Ini tempe yang sudah jadi, biasanya bisa sampai 3 hari bertahannya (produksi tempenya). Kalau menggunakan bahan kedelai import. Beda lagi kalau kedelai biasa tidak bisa tahan berhari-hari dan hasil tempenya tidak sebagus seperti kedelai import,” katanya.
Diakui oleh Arifin, sejak adanya kenaikan harga kedelai itu. Produksi tempenya lebih dikurangi.
“Biasanya tiap hari produksinya 38 kg kedelai, tapi karena sekarang tambah mahal, sekarang kita kurangi jadi 30 kg per hari,” jelasnya. (*)
Comment