Karena Pandemi, Peringatan Hari Jadi Sumenep ke-751 akan Dikemas Berbeda

0 Komentar
Kepala Dinas Pariwisata Kebudayaan Pemuda dan Olahraga Sumenep, Bambang Irianto.

Kepala Dinas Pariwisata Kebudayaan Pemuda dan Olahraga Sumenep, Bambang Irianto.

SUMENEP, (WARTA ZONE) — Setiap tanggal 31 Oktober, Kabupaten Sumenep, Madura, Jawa Timur memperingati hari ulang tahun. Khusus tahun 2020 ini, kabupaten berlambang kuda terbang ini tengah berada di usia ke 751 tahun.

Pada tahun 2019 lalu, sejumlah perayaan dalam memperingati hari jadi kabupaten yang terletak di ujung timur Pulau Madura ini dikemas dengan beragam acara yang cukup semarak. Namun, untuk tahun ini, peringatan hari jadi Kabupaten Sumenep akan diperingati secara sederhana saja.

“Hanya upacara peringatan saja, kan masih dalam nuansa Covid-19,” terang Kepala Dinas Pariwisata Kebudayaan Pemuda dan Olahraga (Disparbudpora) Bambang Irianto, saat ditemui di kantornya, Senin (26/10/2020).

Baca Juga:  Peringati HKN ke 57, Kabid Dokkes Polda Jatim Dapat Penghargaan

Bambang menegaskan, semisal nanti ada gelaran acara, maka harus tetap berpedoman pada protokol kesehatan. “Kalau pun nanti ada acara, diharapkan tidak sampai berkerumun dan tetap mematuhi Prokes untuk menghindari penyebaran virus corona, mengingat Sumenep masih zona oranye,” tegasnya.

Meski demikian, pihaknya berencana akan menggelar peringatan hari jadi secara daring. “Saat ini masih dibahas,” ucapnya. “Tapi kita upayakan nanti per Kecamatan ada kegiatan yang dilakukan para seniman,” tandas mantan Kadisdik Sumenep.

Untuk informasi, upacara memperingati Hari Jadi Kabupaten Sumenep ke-750 pada tahun 2019 lalu dilaksanakan di halaman Masjid Jamik setempat.

Baca Juga:  Cara Pemdes Jate Sumenep Ciptakan Hidup Bersih di Tengah Pandemi Covid-19

Dalam sambutannya, Bupati Sumenep, A. Busyro Karim mengingatkan masyarakat untuk menjaga Bahasa Madura sebagai identitas yang tidak boleh punah. Kamis (31/10/2019).

“Bahasa Madura adalah milik kita, jangan sampai tinggal sejarah karena gempuran arus globalisasi, kita wajib merawat dan menjaganya,” ujarnya.

Bupati dua periode ini juga menyampaikan pentingnya mengajarkan Bahasa Madura kepada anak cucu baik di sekolah maupun di rumah.

“Saat ini Bahasa Madura sudah hampir tereliminasi, banyak anak-anak kita yang enggan Berbahasa Madura, bahkan tidak tahu bilangan ‘Bellu Lekor’ (dua puluh delapan,red) itu apa?, bisa dibayangkan istilah madura dua puluh delapan saja tidak tahu,” kata suami Nurfitriana Busyro ini.

Baca Juga:  Kapolri Tekankan Kawal Investasi di Tengah Pandemi Covid-19

Sebagai langkah awal, pihaknya sudah mulai menerapkan satu kebijakan di masing-masing sekolah untuk menggunakan Bahasa Madura secara lebih aktif, khususnya pada hari selasa.

“Sebagai pemimpin, harus dimulai dari kita sendiri, makanya upacara ini di konsep dengan menggunakan Bahasa Madura, walaupun satu sisi memang sudah ada kebijakan, setiap hari selasa seluruh lembaga pendidikan harus menggunakan bahasa Madura,” tandasnya. (kid/jie)

Tulisan ini berasal dari redaksi

Comment