JEMBER, (WARTA ZONE) – Kebakaran lahan seluas kurang lebih 50 meter persegi dan kedalaman 15 meter di Dusun Krajan dan Rejeb, Desa Sukowiryo, Kecamatan Jelbuk, Jember, sudah berlangsung kurang lebih 15 hari. Namun upaya pemadaman hingga saat ini belum berhasil.
Puluhan warga di Dusun Krajan dan Rejeb, Desa Sukowiryo, Kecamatan Jelbuk, Jember, mengeluh sesak napas dan batuk. Akibat terdampak asap kebakaran lahan pembuangan limbah triplek di wilayah setempat.
Warga berharap, kebakaran segera padam. Terlebih karena kebakara ini, sejumlah warga sampai harus mengungsi ke tempat aman.
“Kebakaran ini sudah sekitar 15 harian dari tanggal 18 Mei 2023 kemarin. Apinya susah padam, juga asapnya itu terus menerus,” kata Yanti Novitasari salah seorang warga di Dusun Krajan 1, Desa Sukowiryo, Kecamatan Jelbuk, saat dikonfirmasi di rumahnya, Rabu (31/5/2023) siang.
“Petugas damkar, relawan, dan petugas lainnya itu sudah berupaya memadamkan. Bahkan setiap hari setahu saya, pulangnya sampai jam 1 dini hari dari sini,” sambungnya.
Dari kebakaran itu, kata perempuan berusia 23 tahun itu, dirinya pun sampai kewalahan mengurus dua anaknya karena mengeluh sesak napas dan batuk.
“Gara-gara kebakaran ini, dua anak saya yang umur 9 bulan dan 2 tahun juga terdampak dan bahkan batuk juga sesak napas. Anak saya juga sampai rewel karena kelilipan. Belum lagi juga debu dari kebakaran itu menempel di baju dan membuat gatal-gatal, padahal baru selesai saya cuci,” ucapnya mengeluh.
Dengan kondisi itu, lanjut Yanti, ditambah rasa khawatir dengan kondisi dua anaknya yang masih balita. Yanti pun mengungsikan dua anaknya ke rumah mertuanya di wilayah Kecamatan Kalisat.
“Akhirnya sampai saya evakuasi atau pindah sementara ke rumah mertua saya di Kalisat, sudah lima harian ini. Semoga segera padam. Apalagi jarak rumah saya dengan lokasi kebakaran kurang lebih 20 meteran,” ujarnya.
Warga lainnya Lutfi (48) juga mengaku resah dengan dampak kebakaran di lokasi limbah triplek yang berada di wilayah desanya.
Bahkan kata Lutfi, istrinya pun sampai dibawa ke Polindes untuk mendapat pengobatan karena mengeluh sesak napas.
“Belum lagi, rumah juga banyak debu kotor, seharian membersihkan sampai tiga kali. Ya karena abu kebakaran itu,” ujarnya.
Terkait pemilik lahan, lanjut Lutfi, juga dinilai kurang bertanggung jawab.
“Juga dari pabrik PT. Muroco bahkan sampai sekarang belum ke sini. Alasannya sudah kontrak sama pemilik lahan. Jadi gak ke sini. Sangat ganggu sekali asap dan debu abu kebakaran ini. Mata kelilipan juga,” tandasnya.
Terpisah, Kasun Krajan Hengki Irawan (34) mewakili perangkat Desa Sukowiryo. Mengaku sudah berupaya untuk melakukan pemadaman.
“Kita sudah berupaya koordinasi dengan Polsek Jelbuk dan Koramil setempat. Api pertama (kebakaran) besar itu, kita koordinasi dengan BPBD dan Damkar Jember. Tapi sejak kebakaran itu, sudah dipadamkan tapi titik api itu masih ada. Karena kan tumpukan – tumpukan limbah triplek itu,” ujar Hengki saat dikonfirmasi di balai desa setempat.
Untuk upaya pemadaman, lanjut Hengki, selain dibantu petugas damkar. Juga dibantu menggunakan penyemprotan menggunakan pompa (alkon).
“Kemarin pakai mesin pompa air ada 3 yang dipakai. Kita dari jam 7 malam selesai sekitar jam setengah 12 malam. Titip api di ujung itu awal kita padamkan, tapi setelah kita tinggal 30 menitan. Api itu ada lagi,” katanya.
Terkait penyebab kebakaran, lanjutnya, diduga faktor alam.
“Untuk penyebab kebakaran kalau kita lihat sumber api dari bawah. Mungkin karena hawa panas dan kondisi kemarau sudah beberapa hari ini. Akhirnya ada kebakaran itu. Hal ini mungkin faktor alam kalau kita lihat,” ujar Hengki.
“Upaya berikutnya dengan belum padam, sementara ini terus koordinasi dengan Damkar untuk pendinginan. Juga kami sudah laporan ke tingkat kecamatan, juga nanti akan diteruskan ke pak bupati,” imbuhnya.
Dalam upaya pemadaman api kebakaran, diketahui sejumlah petugas dari damkar dan perangkat desa juga dibantu oleh puluhan relawan.
Terkait upaya membantu yang dilakukan relawan, juga mendata jumlah warga yang terdampak kebakaran.
“Untuk yang terdampak ini ada dua dusun, dari dusun krajan ada sekitar 8 KK, dan Dusun Rejeb sebelahnya itu sekitar 40 KK. Keluhannya batuk, sesak napas, dan demam,” kata salah seorang relawan Siti Sahrotul Mardiyah (25) saat dikonfirmasi.
“Setiap malam kami bersama rekan-rekan lain ikut berusaha memadamkan kobaran api ini, bersama petugas Damkar dan masyarakat. Sekitar 30 orang relawan,” sambungnya.
Untuk upaya pemadaman api, diakui juga oleh perempuan yang akrab disapa Sahro ini, sulit dilakukan.
“Limbah triplek ini sulit padam, karena dari informasi yang kami peroleh dari warga sudah menumpuk lama. Sekitar dua tahunan. Jadi susah dipadamkan apinya, tapi tetap diupayakan pemadaman. Karena dampak asap kebakaran juga abunya itu berdampak ke masyarakat sekitar,” tandasnya. (*)
Comment