Gelas di Dalam Rektum Anus Diyakini Warga Sebagai Santet

0 Komentar
Reporter : Nur Imatus Safitri
Gelas di Dalam Rektum Anus Diyakini Warga Sebagai Santet

Foto: Nurlasiadi (35) warga Dusun Rowotengu, Desa Sidomulyo, Kecamatan Semboro, Jember, saat ditemui di rumahnya, Kamis (7/4/2022).

JEMBER, (WARTA ZONE) – Nurlasiadi (35) warga Dusun Rowotengu, Desa Sidomulyo, Kecamatan Semboro, Jember, saat ini menjalani masa pemulihan pasca operasi yang dilakukan pada Minggu (3/4/2022) kemarin.

Terkait keberadaan gelas kaca di rektum anus tubuh Nurlasiadi, warga tempat meyakini sebagai bentuk praktik guna-guna santet.

Pasalnya, tidak mungkin sebuah gelas kaca bisa masuk ke dalam perut dengan begitu saja.

“Kemarin saya agak tercengah, dengar kabar sakitnya Mas Nurlasiadi. Kalau ada gelas kaca di dalam perutnya. Kebanyakan kalau di daerah sini masih percaya dengan ilmu santet itu ada,” kata Ketua RW Dusun Rowotengu, Muhammad Budi Utomo saat dikonfirmasi sejumlah wartawan, Kamis (7/4/2022).

Baca Juga:  Hari Terakhir J-Berbagi, Bupati Hendy Sampaikan Pesan Moral Saling Membantu

Terkait proses perawatan dan operasi yang dilakukan oleh Nurlasiadi, kata Budi, pihaknya menyayangkan pihak keluarga yang tidak menyampaikan kendala untuk membawa ke rumah sakit kala itu.

“Kok tiba-tiba saya dengernya sakit, tapi kok tidak mau lapor ke RT/RW. Seharusnya kan ngomong, kalau tidak ada biaya kan bisa di urus ke desa. Cuma katanya dia gak mau. Saya tidak bertemu dengan Mas Nur ini sekitar 2-3 bulanan,” ungkapnya.

Kesehariannya, Nurlasiadi dikenal sebagai pria yang baik dan supel. Namun memang pendiam dan diketahui tidak punya musuh.

Baca Juga:  Gasak PSIL Lumajang, Persid Jember Unggul dengan Skor 4-0

“Kalau mas Nurlasiadi itu pribadinya orangnya baik, gak pernah cacat di lingkungan sini. Sepengetahuan saya, Nur itu tidak punya saudara kandung. Dia hanya bersama ibunya dan ayahnya sudah meninggal sejak kecil,” ujar pria yang juga akrab dipanggil Pak Mad ini.

“Mas Nurlasiadi ini tinggal di rumah saudaranya (adik ibunya). Neneknya juga tinggal disitu. Kumpul jadi satu. Kalau orangtuanya sendiri sang ibu itu, kalau tidak salah bekerja menjadi pembantu di Surabaya. Ini lama sudah gak pernah kelihatan, mungkin sudah berangkat lagi. Karena saya kurang tahu juga,” imbuhnya menjelaskan.

Baca Juga:  PMI Jember Resmikan Desa Ajung Jadi Kampung Donor Darah Siaga Pertama

Untuk Nurlasiadi sendiri, Budi juga menambahkan, dikenal sebagai pekerja keras.

“Dulu sebelum sakit pernah kerja sebagai tukang bangunan di Bali, kemudian pulang dan bekerja di toko Roti sekitar Manggisan, (Kecamatan) Tanggul, terus membantu saudaranya membangun rumah (yang ditempati), kemudian sakit itu,” ujarnya.

“Selama sakit warga sini tahunya dirawat sama bulek (adik ibunya), dan saudara-saudara lainnya,” sambungnya. (*)

Tulisan ini berasal dari redaksi

Comment