JEMBER, (WARTA ZONE) – Viral video berdurasi 18 detik menunjukkan seorang bapak-bapak membonceng anak perempuannya dengan sepeda ontel.
Si anak perempuan tampak memakai pakaian seksi lengkap dengan make up di wajahnya.
Dari informasi yang beredar mengenai video viral tersebut. Si anak perempuan bernama Atika, atau akrab disapa Atik (29).
Diketahui merupakan warga Dusun Krajan Utara, Desa Kertonegoro, Kecamatan Jenggawah, Jember. Perempuan tersebut tinggal satu atap dengan bapaknya, bernama Dikun (50).
Terkait viralnya video bapak yang membonceng anak perempuannya itu, diduga si anak perempuan jadi korban eksploitasi.
Beredar informasi di masyarakat sekitar, Atik diduga dijual dan dipekerjakan sebagai PSK oleh bapaknya sendiri.
“Banyak informasi yang beredar dari anak-anak muda sekitar sini. Itu bisa dipake (Bekerja sebagai perempuan PSK), bisa dipake itu. Murah cukup Rp 30-50 ribu. Informasi itu juga dikuatkan, kejadian ini (dugaan eksploitasi) sudah terjadi selama 5 tahun belakangan,” kata salah seorang warga sekitar yang minta namanya diinisial H, Jumat (26/4/2024).
Namun demikian, lanjutnya, terkait informasi mengenai adanya dugaan sebagai korban eksploitasi itu. Masih belum dikuatkan dengan bukti konkret.
“Tapi ada 3 orang saksi yang menyatakan sama, jika perempuan itu dijual bapaknya,” kata H.
Terkait latar belakang Atik dan bapaknya, diketahui dari keluarga kurang mampu. Atik tinggal berdua dengan bapaknya dalam satu rumah berukuran kurang lebih 5×6 meter. Dengan kondisi bangunan rumah yang tidak layak.
“Selain itu, korban itu juga ODGJ atau keterbelakangan mental. Kasihan jadinya,” ujar H.
Terkait latar belakang dari Atik, dari kunjungan wartawan ke lokasi tempat tinggalnya. Menurut warga sekitar, perempuan malang itu sudah ditinggal mati ibunya sejak masih kecil. Atik adalah anak paling bungsu dari tiga bersaudara, semuanya perempuan.
Anak pertama diketahui sudah menikah menurut tetangganya. Anak kedua meninggal saat di kandungan ibunya. Atik adalah anak perempuan terakhir.
“Kira-kira ibunya meninggal sekitar tahun 2020 an. Saat itu umurnya Atik 7 tahun. Bapaknya bernama Dikun itu, kalau Ibunya Nis, nama lengkapnya saya tidak tahu,” ujar tetangga sekitar yang enggan disebut namanya.
Terkait penampilan menarik dan berpakaian sensual yang dilakukan Atik. Katanya, karena kondisi Atik yang dikenal warga memiliki keterbelakangan mental.
“Memang berpenampilan seperti itu, tampil cantik dan menarik. ‘Hei Tik, kok Elek’ Sering disebut gitu. Akhirnya ya berpenampilan gitu. Kalau kemudian dijual sama bapaknya saya tidak tahu,” ujarnya.
“Dari pengakuannya Atik karena sering dihujat oleh orang. Akhirnya berpenampilan gitu. Ya gitulah yang saya dengar,” sambungnya.
Terkait viralnya video dugaan bapak yang melakukan eksploitasi terhadap anak perempuannya itu. Camat Jenggawah Endro Lukito diketahui langsung melakukan peninjauan ke rumah Atik dan bapaknya. Guna memastikan kebenaran informasi yang beredar.
“Saya juga baru mendengar kemarin terkait hal tersebut. Jadi untuk menyatakan benar tidaknya, kita juga perlu alat bukti. Baik itu dari pihak korban, saksi, maupun juga pelakunya. Benar tidak. Nah ini perlu pembuktian. Tapi ini bukan ranah kita sebenarnya,” kata Endro saat dikonfirmasi di rumah Atik dan bapaknya.
“Akan tetapi, (dari kejadian ini) saya yang jelas sudah mengadakan sedikit investigasi. Baik dari yang bersangkutan (korban), pihak keluarga, maupun pihak tetangga,” sambungnya.
Terkait latar belakang dari keluarga Atik, kata Endro, dikenal sebagai keluarga yang tertutup dan sulit diajak komunikasi.
“Sebenarnya mereka ini, pribadi atau berlatar belakang keluarga yang tertutup. Hal itu juga diketahui oleh Pihak Puskesos, Puskesmas, yang mengaku kesulitan untuk masuk (melakukan pendekatan). Bahkan dari pihak TKSK setempat juga kondisinya sama. Sudah dilakukan kunjungan, sudah dilakukan (upaya) pembinaan. Tapi memang kesulitan,” ungkapnya.
Kemudian terkait isu maupun informasi soal dugaan adanya eksploitasi terhadap Atik yang dilakukan bapaknya. Kata Endro, pihaknya berharap untuk tidak berkembang liar.
“Nah terkait rumor yang ada di masyarakat. Kami menghimbau untuk jangan sampai dikembangkan. Karena khawatir hal ini jadi fitnah. Karena butuh pembuktian lebih lanjut terkait hal ini,” ujarnya.
Apakah nanti akan kemudian dilakukan koordinasi lebih lanjut dengan pihak aparat penegak hukum?
“Untuk hal itu, kita akan koordinasikan dulu dengan pihak aparat setempat. Karena hal semacam ini, kita juga lihat latar belakang yang bersangkutan. Apalagi juga dengan kondisinya di bawah garis kemiskinan ekstrem,” ulasnya.
“Namun demikian, dalam waktu dekat. Kami akan lakukan upaya-upaya, untuk penyaluran bantuan dan lain sebagainya. Bahkan mungkin, kalau perlu yang bersangkutan (korban) dirujuk ke Dinas Sosial melalui Liposos, nanti akan kita upayakan ke arah sana,” imbuhnya. (*)
Comment