JEMBER, (WARTA ZONE) – Penerapan uji coba Sistem Satu Arah (SSA) di 4 ruas yang ada di sekitaran Kampus Unej, mulai dari Jalan Jawa, Kalimantan, Mastrip, dan Riau, dibongkar paksa oleh warga sekitar.
Hal itu merupakan bentuk penolakan terhadap adanya penerapan SSA di sekitaran jalanan kampus.
Dari pantauan di lapangan, tampak warga setempat berkeliling di ruas jalan sekitar kampus. Memberikan imbauan kepada pengendara lain yang sedang melintas.
Ada juga yang melakukan pembongkaran batas jalan. Serta mengarahkan kendaraan yang melintas untuk menerapkan arus lalu lintas dua arah.
Perwakilan Paguyuban Warga Tegal Boto, Abdul Khadar, mengatakan, bentuk protes yang dilakukan warga sekitar kawasan kampus adalah bentuk protes murni ungkapan kekesalan warga pasca diterapkan SSA.
“Yang jelas jarak tempuh kendaraan yang awalnya pendek jadi jauh. sehingga ini adalah bentuk protes warga. selain itu juga berdampak dari sisi ekonomi dan lainnya,” ucap Khadar saat dikonfirmasi dilokasi Jalan Jawa, Rabu (1/11/2023).
Apalagi, kata Khadar, penerapan SSA itu membuat para pengendara semakin kebut-kebutan dan menyebabkan beberapa kali terjadi kecelakaan.
“Bahkan kemacetan itu pun juga tidak bisa dihindari, seperti di Jalan Mastrip bagian timur itu menumpuk kendaraan di sana. Jadi menurut saya, dari hal ini (penerapan SSA) kebijakannya masih terlalu dini,” ujarnya.
“Sehingga kami himbau kepada Dishub mungkin lebih tepat melakukan penataan parkir, mungkin sebelumnya 60 atau 90 derajat, kita nolkan atau paralel. Kemudian melakukan penataan PKL secara humanis mungkin, karena mereka kan urusan perut. jika ada yang agak nakal bisa ditata lebih baik mungkin begitu,” sambungnya.
Senada dengan Khadar, salah seorang warga Jalan Kalimantan Nur Hasan mengatakan, sejak adanya penerapan SSA akses jalan semakin jauh.
“Apalagi kasihan orang-orang yang jualan (di sekitar wilayah kampus). Semakin jarang yang beli jadinya,” ujarnya.
Adanya aksi pembongkaran paksa penerasan SSA itu, kata Nur Hasan, kompak dilakukan secara bersamaan. Sebab, warga menilai sejak diterapkan SSA tidak memberikan manfaat.
“Kalau satu arah (sebelumnya) kendaraan ini (mobil dan motor) malah (saling) kebut-kebutan banter semua,” ucapnya penuh dengan kesal.
Terpisah, Kadishub Jember Agus Wijaya mengatakan, jika kebijakan yang dilakukan sesuai dengan hasil evaluasi dari uji coba SSA yang sudah dilakukan sebelumnya.
“Karena ini menyangkut stabilitas keamanan maka harus dibedakan saya sebagai pejabat bidang teknis bidang transportasi. Sehingga hal ini menyangkut soal stabilitas. Terkait SSA ini kita hanya menjalankan tugas, semua ada yang mengetuai,” ucap Agus.
Sementara itu, jika dari hasil evaluasi terkait kebijakan SSA tidak tepat, lanjutnya, mudah untuk mengambil keputusan lain jika harus dibatalkan.
“Kalau diminta cabut sebenarnya gampang kok, tinggal ada perintah ya tinggal cabut. Jika ada permintaan mengatur ataupun soal parkir. Kita kan sudah lakukan itu untuk Jalan Jawa, tapi Jalan Kalimantan belum. Tapi saat ditanya kenapa belum, ya klasik ya tentu karena soal anggaran,” ungkapnya.
Lebih lanjut, ditanya soal pengaturan arus lalu lintas kenapa tidak dilakukan dengan menata atau menertiban PKL terlebih dahulu?
“Terkait PKL itu juga ada yang menangani, kan di situ ada Satpol PP, Diskop, dan Disperindag. Maka dari itu kita sosialisasikan dan OPD dapat saling terlibat. sehingga jadi saling berjalan. Sudah ada koordinasi dan ada di pak bupati. Kan kebijakan ada di beliau. Sebagai kepala daerah dan pemegang kekuasaan,” pungkasnya.
Perlu diketahui, dari pantauan di sejumlah ruas jalan, pembatas jalan dan rambu-rambu yang sudah dipasang oleh Dishub Jember. Tampak berserakan di bahu jalan, dan kini ruas jalan di kawasan kampus menjadi dua arah. (*)
Comment