WARTA ZONE – Di tengah merebaknya wabah Penyakit Mulut dan Kuku (PMK) masyarakat dibuat was-was untuk mengonsumsi daging hewan yang terkena PMK. Hal itu disebabkan ganasnya penyakit tersebut yang mudah menjangkit terhadap hewan ternak.
Menyikapi hal itu, Sub Koordinator Kesehatan Masyarakat Veteriner DKI Jakarta, Drh. Dian Ariesiana Widiastuti mengatakan bahwa daging hewan yang terinfeksi penyakit PMK bisa dikonsumsi oleh manusia.
Hal itu dikarenakan virus PMK bisa dihilangkan dengan cara daging dipanaskan atau direbus. Selain cara dimasak virus yang menjangkit hewan dengan kuku belah seperti sapi, kambing, kerbau, unta juga bisa dimusnahkan dengan cara disimpan di lemari pendingin selama kurang lebih 24 jam.
“Jangan takut, daging itu aman, karena tidak mungkin kita makan daging mentah, pastikan kita dimasak dulu dengan direbus, apalagi di kulkas dalam waktu 24 jam virus itu sudah mati, ini tidak berbahaya untuk kita. Jadi jangan pernah takut makan daging produk hewan terkena PMK kita aman insyaallah,” ungkap Drh. Dian sebagaimana dilansir dari suara.com. Senin, 4 Juli 2022.
Menjelang Hari Raya Kurban, Direktur Kesehatan Hewan Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan Kementerian Pertanian (Kementan), Nuryani Zainuddin mengatakan, kendati daging kurban aman untuk dikonsumsi ia tetap mengimbau masyarakat agar tetap berhati-hati.
Karena menurut ia, daging hewan yang terinfeksi PMK ketika dipotong tidak memiliki ciri-ciri khusus sehingga sangat sulit untuk memastikan daging yang hendak dimasak daging hewan PMK atau tidak.
Direktur Kesehatan Hewan Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan Kementerian Pertanian pun memberikan tips ketika hendak memasak daging kurban.
Berikut di antaranya tips yang dibagikan:
1. Daging yang diperoleh jangan langsung dicuci, melainkan direbus atau dimasak terlebih dahulu selama setengah jam dengan air mendidih.
2. Hendaknya daging jangan langsung dimasak. Yaitu diamkan dulu dalam lemari pendingin selama 24 jam.
3. Kemasan atau plastik dari daging tersebut jangan langsung dibuang. Alangkah baiknya direndam terlebih dahulu dalam deterjen.
“Tidak ada (ciri-ciri), kalau sudah dipotong tidak kelihatan kecuali kita mengambil sampel dan melakukan pengujian di laboratorium. Kalau secara ciri-ciri tidak bisa membedakan mana yang terkena dan tidak,” kata Nuryani seperti dikutip tempo.co (*)
Comment