JEMBER, (WARTA ZONE) — Universitas Jember (UNEJ) menggelar acara tanam pohon bersama forum koordinasi pimpinan daerah (Forkopimda) setempat, Minggu (7/2/2021).
Sebelumnya, banjir yang melanda beberapa kawasan pemukiman di Kabupaten Jember disinyalir akibat meluapnya air sungai DAS Bedadung dan DAS Mayang. Sehingga, dibutuhkan cara-cara sederhana yang bisa dilakukan oleh masyarakat untuk mengurai persoalan tersebut, salah satunya adalah dengan reboisasi atau penanaman pohon.
Bersama dengan Forkopimda setempat, civitas akademik dan mahasiswa di UNEJ bahu membahu menanam pohon di lahan Taman Nasional Meru Betiri yang terletak di Kecamatan Tempurejo.
Rektor UNEJ, Iwan Taruna menyampaikan, khusus agenda ini, pihaknya telah menurunkan sejumlah tenaga ahli untuk membantu memulihkan ekosistem yang berada di sana. Kerjasama ini diwujudkan dalam bentuk mitigasi lingkungan dan perbaikan ekonomi masyarakat.
“Kami ingin desa yang ada di area Taman Nasional Meru Betiri ini diberdayakan. Dalam artian mencari alternatif atau mencarikan mata pencaharian masyarakat desa sekitarnya. Supaya tidak mengganggu kawasan hutan Taman Nasional ini. Seperti pembuatan Batik khas Meru Betiri, budi daya angkrang, dan pembuatan pakan ternak,” ujarnya, saat ditemui di lokasi.
Tak hanya itu, upaya pemulihan ekosistem Taman Nasional Meru Betiri ke depan juga ditarget akan menjadi laboratorium alam yang memukau mata.
Dengan demikian, bukan hanya persoalan banjir yang dinilai akan bisa diminimalisir. Namun, sektor ekonomi warga sekitar juga akan meningkat apabila upaya pelestarian lingkungan ini bisa dengan cepat dijalankan bersama.
“Kami akan bergerak baik dalam bentuk pengabdian, bahkan kedepan kami berkeinginan lahan Meru Betiri bisa disiapkan sebagai laboratorium alam,” ucap Iwan.
“Sehingga kami berharap apa yang dilakukan sekarang dapat dilakukan secara berkesinambungan ke depan,” imbuhnya.
Dalam Kesempatan yang sama, Kepala Taman Nasional Metu Betiri, Maman Surahman mengatakan, tujuan akhir kegiatan reboisasi ini adalah untuk melestarikan hutan sebagai penyangga.
“Untuk reboisasi, dilakukan di beberapa tempat terutama di tiga desa yaitu Wonoasri, Curah Nongko dan Andongrejo ini merupakan wilayah yang penutupan lahannya mulai berkurang sehingga kami berupaya memulihkan ekosistem,” ucapnya.
Dirinya mengaku bahwa sejak tahun 2017 lalu, hutan sebagai penyangga dan atau penahan air saat musim hujan memang sudah mulai tidak rindang sehingga mengakibatkan daya serapnya berkurang hingga banjir. Selain itu, saluran drainase seharusnya juga mengalir ke muara. Namun, sejak awal masih belum ada upaya untuk ini.
“Jadi di Bandealit itu merupakan hilirnya dan wonoasri terletak di bagian tengah. Sedangkan hulunya ada di gunung meru sana, Gunung meru yang sudah mulai gundul, masyarakat banyak yang menebang pohon. Dan kebanyakan masyarakat di sana menanam tanaman pangan seperti padi dan jagung, itukan kurang kuat akarnya,” jelasnya.
Hadir dalam acara tersebut, Kapolres Jember, AKBP Arif Rahman, Dandim Letkol Inf Laode M. Nurdin, dan para perangkat desa di wilayah Wonoasri. (*)
Comment