JEMBER, (WARTA ZONE) – Temuan angka kasus Tuberkulosis (TBC) di Kabupaten Jember, menduduki peringkat ke-3. Setelah Surabaya dan Sidoarjo dengan jumlah 4.491 kasus.
Menurut Global TB Report tahun 2021, Indonesia berada di peringkat ketiga di dunia dengan kasus TBC terbanyak.
Kemudian, diperkirakan estimasi insidensi sebesar 824.000 kasus atau 301 per 100.000 penduduk. Lebih lanjut, data Kemenkes RI per November 2021 menunjukkan bahwa capaian cakupan penemuan kasus TBC sebesar 33% (target 85%), angka keberhasilan pengobatan sebesar 76% (target 90%).
Pasalnya, untuk menurunkan angka kasus tersebut, diperlukan adanya tim percepatan eliminasi TBC di Kabupaten Jember.
Menurut Kepala Yayasan Bhanu Yasa Sejahtera (YBYS) Kabupaten Jember Wahyu Ramadhan menyampaikan, pihaknya ikut berperan aktif dalam penanggulangan TBC di Jember. Apalagi, dengan adanya temuan angka kasus yang semakin hari semakin mengalami peningkatan.
Sehingga penanggulangan masalah penyakit TBC dan mewujudkan Eliminasi TBC 2030 dapat segera terwujud.
“Yang artinya dalam hal ini, bisa menjadi 2 kemungkinan. Pertama, kinerja baik dari kader menangani kasus TBC. Yang kedua kemungkinan terburuknya masih banyak kasus TBC yang masih belum ditemukan di Kabupaten Jember,” ucap Wahyu saat dikonfirmasi sejumlah wartawan usai konferensi pers dalam penanggulangan TBC, Rabu (13/12/2023).
Selain itu, Wahyu menjelaskan, Yayasan Bhanu Yasa Sejahtera, sebagai lembaga swadaya masyarakat yang bergerak dibidang sosial dan kesehatan. Serta memiliki peran sebagai jembatan untuk membantu Dinas Kesehatan maupun Fasyankes,dalam penemuan kasus TBC di wilayah Kabupaten Jember.
“Yayasan kami memiliki 150 kader yang tersebar di 50 wilayah Puskesmas Kabupaten Jember. Mereka bekerja menemukan pasien serta melakukan pendampingan sampai sembuh,” ujarnya.
Sehingga, kedepannya diharapkan perlu adanya gerakan masif untuk menekan angka kasus TBC 2030 di Kabupaten Jember.
“Usulan utamanya, yang pertama adanya perlibatan masyarakat didalam RAD (Rencana Aksi Daerah), di Kabupaten Jember. Kemudian, adanya aksi nyata implementasi kolaborasi, yang harus melibatkan berbagai stakeholder terkait. Seperti DPRD, Bappeda, SKPD terkait ( Dinkes, Dinsos, DPMD, Dinas PU, Cipta Karya). Serta akademisi dan komunitas atau forum masyarakat,” ujarnya.
“Karena kalau ngomong soal penangangan penyakit TBC, tidak fokus kepada Dinkes saja. Tapi, penanganan TBC itu juga tentang sosial, pendidikan, dan lain-lainnya,” imbuhnya.
Terpisah, Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Jember, dr Hendro Soelistijono menuturkan. Diakui perlunya kerjasama dari berbagai pihak untuk fokus penanggulangan penyakit TBC.
“Ini perlu gelombang besar kepada semua fasilitas kesehatan. Seperti puskesmas ataupun klinik, untuk mewaspadai setiap keluhan-keluhan dengan gejala TBC, itu segera ditangani,” ungkap dr Hendro.
Pihakny menghimbau kepada semua masyarakat, untuk perlu memahami gejala TBC.
“Semisal ada gejala batuk lebih dari dua minggu, nyeri dada saat batuk, demam, hingga penurunan berat badan. Nantinya pihak fasilitas kesehatan akan menyarankan untuk dilakukan pemeriksaan lebih lanjut,” paparnya.
Setelah terdeteksi adanya penyakit TBC, kata dr Hendro, nantinya akan ada treatmen pemberian obat-obatan.
“Nah nantinya akan ada pengobatan secara rutin dalam jangka panjang kurang lebih 6 bulan. Itu bertahap, kemudian diobati dan sembuh. Insyallah memutus penularan penyakit TBC dengan secepatnya,” paparnya. (*)
Comment