JEMBER, (WARTA ZONE) – Gunungan buah durian setinggi 5 meter dan lebar alas bawah 50 meter menjulang di tengah alun-alun Kota Jember. Dengan disampingnya juga terdapat hasil-hasil pertanian dari seluruh kecamatan se Kabupaten Jember.
Diadakan dalam acara Gebyar Gunungan Hasil Bumi se Jember yang digelar Pemkab setempat, Sabtu (4/3/2023).
Dalam acara tersebut, Bupati Jember Hendy Siswanto juga mencanangkan Hari Budaya Jember.
Dimana cikal bakal adanya pencanangan Hari Budaya Jember itu, juga sedikit menyinggung soal adanya Kerajaan Sadeng yang disebut bupati. Pernah ada di wilayah Kecamatan Puger pada medio Abad ke 14 lalu.
Namun demikian, kata Bupati Hendy, meskipun sudah dicanangkan olehnya. Untuk tanggal pasti penetapan Hari Budaya Jember itu, pihaknya masih akan melakukan koordinasi.
“Untuk penentuan tanggalnya masih kita bahas nantinya dengan para budayawan, akademisi dan ahli sejarah di Jember untuk tanggal pastinya Hari Budaya Jember itu,” kata Bupati Hendy saat dikonfirmasi usai acara oleh sejumlah wartawan, Sabtu (4/3/2023).
Terkait even yang diklaim sebagai pertama kalinya ada di Jember itu, Hari Budaya Jember juga akan dijadikan even resmi tahunan. Menggandeng even-even lain di Jember seperti halnya Jember Fashion Carnaval (JFC), ataupun juga Festival Jember Kota Cerutu Indonesia (JKCI).
“Even ini akan jadi gelaran tahunan, kami juga akan ajukan ke Kementerian Pendidikan juga Kementerian Pariwisata, tapi tentunya setelah sepakat dengan kawan-kawan yang saya sebut tadi di Jember itu. Yakni soal tanggal pastinya Hari Budaya itu. Untuk masyarakat Jember,” kata Hendy.
Terkait gelaran Hari Budaya Jember, saat dicanangkan hari ini, kata Bupati Hendy, mengambil Pemkab Jember mengambil konsepnya yakni dikaitkan dengan kisah dari Kerajaan Sadeng.
“Hari ini kita Alhamdulillah di alun-alun Kota Jember menggelar kegiatan sedekah bumi. Dimana ini bagian dari kearifan lokal di Jember. Kita representasikan bahwa sedekah bumi ini warisan budaya lokal dulu. Saat kita punya kerajaan. Dulu kita menyebutnya Kerajaan Sadeng sekitar abad 14,” kata Bupati Hendy saat dikonfirmasi terpisah.
“Kerajaan Sadeng ini luar biasa, sebelum kerajaan Majapahit. Jika Jember punya kerajaan tepatnya di Kecamatan Puger dulunya. Tentu banyak budaya-budaya di Jember ini,” sambungnya.
Terkait bentuk konsep Hari Budaya yang dimaksud, Hendy menjelaskan, para camat dari seluruh kecamatan se Jember. Menyerahkan hasil pertanian ke Pemkab Jember.
“Istilahnya adalah persembahan dari camat-camat kami atau kalau dulu disebut Wedono. Kemudian saya sebagai bupati, dulu akrab disebut adipati. Nah kegiatan ini, dari para camat itu yang mereka punya petani. Menyerahkan sedekah bumi, sebagai potensi kearifan dan kekayan alam yang ada di setiap kecamatan,” sambungnya.
Dengan makna tersirat, dari hasil pertaniaan yang dikumpulkan itu. Dibagikan kembali ke ribuan masyarakat Jember. Memiliki pesan bahwa pemerintah ini harus dijaga.
“Pemerintahannya itu memiliki tanggung jawab untuk memakmurkan masyarakat dan teriring doa agar hasil pertanian kita lebih bagus di masa depan. Dari 31 kecamatan ini, perlu diketahui seluruh sedekahnya ada semua. Semua hasil kekayaan alam dan pertanian seluruh Indonesia ada di Jember,” sambungnya. (*)
Comment