PAMEKASAN, (WARTA ZONE) – Bupati Pamekasan, Baddrut Tamam mengajak pemuda Bumi Gerbang Salam untuk tetap menjaga budaya yang ada, utamanya bahasa daerah.
Perkembangan teknologi yang mampu memberikan akses luar biasa atas perkembangan yang ada di dunia mengakibatkan banyaknya pemuda termakan dengan tren yang ada di luar daerah.
Menurut Bupati Pamekasan, budaya dengan berbahasa sopan santun dalam bersosialisasi dengan sesama harus tetap terjaga dengan baik. Khususnya bahasa daerah yang menjadi pemikat persaudaraan.
“Di zaman ini, kadang-kadang bahasa bukan menjadi syarat utama dalam berkomunikasi dan bersosialisasi, tiba-tiba juga muncul bahasa-bahasa baru yang saya sendiri kadang tidak paham, misalnya besti, itu bahasa yang kadang merasa bukan anak muda lagi kalau tidak menggunakan bahasa itu,” ucap Baddrut Tamam, Minggu (26/3/2023).
Bupati Pamekasan itu mengaku, dirinya terkadang merasa pemuda yang dengan mudahnya mengikuti tren yang tidak jelas hanya sebatas ikut-ikutan tanpa mengetahui makna dari apa yang mereka ikuti.
“Kita yang tidak menggunakan bahasa itu dianggap generasi kolonial, bukan milenial, saya sendiri tidak tahu besti itu apa, karena tidak tahu saya tidak pernah menggunakannya. Karena fungsi bahasa itu bertutur, berkomunikasi, dan bersosialisasi untuk saling memahami,” ujarnya.
Baddrut menerangkan, kemajuan teknologi tidak hanya mempengaruhi bahasa daerah, tetapi juga dapat menghilangkan budaya lokal yang semestinya tetap dipertahankan.
“Revolusi teknologi memberikan sumbangsih hilangnya kecintaan anak muda terhadap bahasa ibu kita, bahasa yang lahir dari rasa, nilai, karsa yang melahirkan bahasa itu. Fungsi bahasa itu berkomunikasi dan transformasi ilmu pengetahuan,” terangnya.
Orang nomor satu di Kabupaten Pamekasan itu berharap, pemuda setempat masih bisa menjaga bahasa daerah Madura dengan cara mempergunakannya di setiap percakapan.
“Kita kadang sulit mencari istilah Bahasa Madura dalam Bahasa Indonesia, juga kadang sulit istilah Bahasa Indonesia dalam bahasa Madura nya apa. Anak-anak SMA sekarang banyak tidak paham yang begitu-begitu. Kalau ini kita tidak ditransformasikan menjadi bagian dari kultur, nilai yang kita miliki bisa hilang bahasa kita ini,” pungkas mantan anggota DPRD Jatim itu. (*)
Comment